Perjodohan Alternatif Dapat Jodoh, Tidak Harus Selalu Ditolak
Reporter
Tabloid Bintang
Editor
Yunia Pratiwi
Senin, 14 Mei 2018 09:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bagi sebagian orang perjodohan masih menjadi momok dan sudah sepatutnya tidak diberlakukan lagi di zaman modern seperti sekarang. Meski demikian perjodohan tak selamanya buruk.
Pakar hubungan dari situs penyembuhan masalah pernikahan, Dating Essentials, Kateryna Spiwak mengatakan kalau perjodohan sebenarnya bisa menjadi alternatif mendapatkan jodoh. Tapi orang yang dijodohkan juga harus tetap selektif.
Artikel lainnya:
Perjodohan Berdasarkan Zodiak, Kamu dan Pacarmu, Cocok?
Curhat Mak Comblang tentang Perjodohan Kaum Urban
“Perjodohan dari orang tua bisa menjadi salah satu cara mendapatkan pasangan. Memang, dalam hal jodoh menjodohkan ini, terkadang orang tua kurang mengenali diri anaknya atau apa yang anaknya butuhkan. Bagi sebagian orang tua, yang penting rumusnya adalah dua orang yang sama-sama lajang,” jelas Kateryna Spiwak.
Rumusan sama-sama lajang tidaklah cukup. Ini bicara tentang dua orang dengan karakter dan kepribadian berbeda yang akan menjalani sebuah hubungan atau mungkin akan menjalani kehidupan bersama di masa mendatang.
“Hanya diri Anda sendirilah yang mampu menilai apakah seseorang itu baik untuk Anda atau tidak?” Pertanyaan yang terlintas kemudian, “Berarti saya boleh langsung menolak perjodohan dari orang tua?”
Kateryna menjawab, sebaiknya perjodohan tersebut jangan langsung ditolak juga. Ada kemungkinan, orang tua Anda benar-benar memilihkan jodoh yang tepat.
Ada empat hal dasar yang harus dilakukan ketika Anda dijodohkan oleh orang tua.
1. Berdiskusi dengan orang tua
Sebagai objek perjodohan, Anda sangat berhak mendiskusikan masalah perjodohan ini dengan orang tua Anda. Tidak ada salahnya mempertanyakan: mengapa orang tua harus menjodohkan Anda? Mengapa harus dengan si A? Atau apakah orang tua Anda benar-benar mengetahui kriteria pendamping yang baik bagi Anda? Selagi bisa bertanya, bertanyalah. Hal ini membuat Anda dan orang tua saling mengerti satu sama lain dan pada akhirnya tidak salah memilih jodoh.
2. Melakukan seleksi
Ketika orang tua memilih seorang pria atau wanita sebagai calon pasangan Anda, maka yang harus dilakukan adalah melakukan seleksi awal.
“Saya sarankan untuk melakukan percakapan via telepon atau chat sebelum memutuskan menemui orang yang dijodohkan dengan Anda. Tanyakan hal-hal terkait dirinya dan bagaimana pandangannya terhadap perjodohan kalian. Anda juga bisa menanyakan apakah calon pasangan Anda masih tinggal bersama orang tua atau sendiri?”, ujar Kateryna Spiwak
Tanyakan juga soal kepribadian dan kegemarannya. Hal ini penting untuk mengecek apakah ada kesamaan di antara Anda dan calon pasangan.
3. Coba temui dan bicara empat mata
Jika selama masa penjajakan atau seleksi, Anda merasa cukup cocok, maka temuilah dia secara empat mata. Ini akan membuat Anda semakin mengetahui siapa calon pasangan Anda.
“Dekatilah dengan perasaan ingin tahu. Jangan menginterogasi dengan keras apa lagi mengintimidasi. Dengan demikian Anda akan mengetahui siapa dia sebenarnya, bagaimana perangainya, dan bagaimana sikapnya terhadap Anda. Jika pada pertemuan pertama merasa cukup nyaman, maka silakan melanjutkan pertemuan berikutnya. Tapi jika merasa sebaliknya, maka hentikan perjodohan sebelum segalanya terlalu rumit untuk dihentikan,” saran Kateryna Spiwak.
4. Membuat keputusan
Setelah pergi berkencan, tentunya orang tua yang bijak akan bertanya apakah Anda merasa cocok atau tidak dengan calon yang mereka tetapkan?
Jika cocok, katakanlah bahwa orang tersebut lumayan cocok untuk Anda. Namun jika merasa tidak cocok, jelaskanlah pada orang tua dengan bijak, mengapa Anda tidak bisa melanjutkan perjodohan ini. “Orang tua tidak akan menjebak anaknya dengan seorang pembunuh, misalnya. Hanya Anda yang mengetahui apa yang terbaik untuk Anda. Anda berhak untuk memutuskan hal yang berkaitan dengan hidup Anda,” tutup Kateryna.