Plastik Jadi Busana Ciamik, Lihat di Jakarta Fashion Week
Reporter
Astari Pinasthika Sarosa
Editor
Rini Kustiani
Senin, 23 Oktober 2017 07:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mode adalah industri terbesar kedua yang berkontribusi pada polusi setelah minyak. Kian besar industri mode, maka kekhawatiran akan kerusakan lingkungan juga semakin besar. Berangkat dari situ, Majalah Grazia bekerjasama dengan organisasi lingkungan, Avani, meluncurkan kampanye “I AM NOT PLASTIC” yang mendorong penggunaan bahan bioplastik di acara Glitz n Glam pada gelaran Jakarta Fashion Week di Senayan City.
"Dengan gerakan ini kami berharap industri mode di Indonesia lebih ramah lingkungan," ujar Tenik Hartono, kepala editor Majalah Grazia dalam pembukaan acara Glitz n Glam, Minggu, 22 Oktober 2017. Dengan menggandeng tiga desainer lokal, yakni Nonita Respati dengan label PURANA, Kleting untuk label KLE, dan Carline Darjanto dari Cotton Ink, mereka menggunakan bahan bio-plastik dalam karyanya.
Avani membuat bahan bio-plastik dari pati singkong yang dapat larut di air. Pendiri Avani, Kevin Kumala mengatakan di Eropa sejak tahun 1990 sudah ada yang menggunakan jagung dan serat bunga matahari sebagai bahan baku pembuatan busana. Hanya saja, bahan baku tersebut mahal. "Di Indonesia, singkong bisa menjadi sumber untuk produk ramah lingkungan," katanya.
Kevin menekankan pentingnya busana yang ramah lingkungan karena limbah dari busana yang sudah tidak dipakai semakin meningkat setiap tahunnya. Dia mencontohkan, untuk membuat satu lembar kaos berbahan katun membutuhkan 8.000 liter air. Dengan kampanye ini, dia berharap semua pihak meningkatkan kesadaran di industri mode termasuk mengenai masalah lingkungan yang dihasilkannya.
Para desainer menggunakan bahan bio-plastik dalam koleksi mereka. Nonita Respati, Carline Darjanto, dan Kleting menyulap bahan bio-plastik itu menjadi jaket, celana, rok, dan aksesoris lainnya. Tak hanya untuk busana, Avani juga memberikan bio-box yang terbuat dari ampas tebu dan dijadikan tas oleh Cotton Ink.
Persiapan pembuatan busana dari bahan yang unik ini dimulai dari Juli 2017. Para desainer mesti mencoba berulang kali agar pakaian dan aksesoris dari bahan bio-plastik ini kokoh dan nyaman dikenakan. Para perancang busana menghadapi beberapa tantangan dalam mengolah bahan bio-plastik, diantaranya sulit dijahit, tangan tidak boleh berkeringat, dan teksturnya sangat lembut. "Bahan ini tidak bisa disetrika dan di-steam. Jadi harus digantung dan tak boleh dilipat,” ujar Carline.