Ngobrol Cantik Bareng Ira Koesno

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 26 Januari 2017 16:30 WIB

Ira Koesno. youtube.com
<!--more-->
Apa saja pengalaman tentang karier yang mendebarkan?
Waktu saya menjadi moderator di debat calon presiden yang pertama pada 2004. Jika saat itu media sosial sudah sebesar sekarang, mungkin sudah habis saya di-bully. Benar-benar bully yang pahit, beda dengan sekarang sweetbully.

Saat itu, banyak yang menilai saya kasar dalam memotong. Tapi buat saya, aturannya kan sudah jelas, setiap calon dapat jatah bicara sekian menit, bel juga sudah berbunyi, kalau melewati itu, ya harus dipotong.

Ketika saya melihat ulang tayangannya dan membaca review di berbagai media, saya lihat kok jadi begini (banyak komentar negatif). Misal, dari sepuluh orang, delapan diantaranya bilang kamu bagus, dan dua orang menilai jelek, ya sudah. Tapi dari sepuluh orang, ada delapan atau sembilang orang yang bilang kerjamu jelek, maka yang salah kamu. Saya mungkin betul menjalankan tugas sebagai moderator, tapi apakah cara saya sudah cukup sesuai?

Saya hampir di-cut untuk debat capres kedua. Saya sudah pasrah. Tapi kenyataannya penyelenggara debat masih memberikan kepercayaan kepada saya. Belakangan, saya baru tahu ada peran dari Pak Hamid Awaluddin (anggota KPU) dan almarhum Nazaruddin Sjamsuddin (Ketua KPU).

Mereka menilai, kalau Ira ditarik (tak lagi menjadi moderator debat kedua pada pilpres), habis kariernya. Dari situ maka dibuatlah aturan untuk memperbaiki kekurangan di debat capres sebelumnya. Pak Nazaruddin bilang kepada saya, ‘Kamu tetap ya. Pokoknya semangat’. Saya benar-benar menghargai upaya mereka.

Selama menjadi wartawan, saya paling berkesan saat ditugaskan ke Aceh untuk program embedded journalist, pasca-rekonsiliasi pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ternyata nama-nama kami (wartawan) bocor ke GAM, sehingga ada kekhawatiran terkait keamanan.

Terkait karier, kenapa memilih menjadi konsultan public relations dengan bendera Ira Koesno Communication, bukan jurnalis?
Being journalist is not in my blood. Artinya, pada satu titik saya akan merasa bosan dan passion saya bukan menjadi jurnalis, melainkan di komunikasi. Saya tidak mau menjalani hidup yang biasa-biasa saja. Karenanya saya harus pindah sesuai passion, yakni media dan publikasi.

Bapak saya seorang dokter anak, tapi saya tidak mau mengikuti jejaknya karena trauma. Waktu kecil, tempat praktik bapak jadi satu dengan rumah di Kemayoran, Jakarta Pusat. Saat itu, hampir setiap malam ada saja pasien datang, ketok-ketok pintu dan memaksa dilayani sampai memaki-maki. Padahal dokter kan juga butuh istirahat. Dari situ saya berpikir, jadi dokter itu enggak enak. Ternyata waktu jadi jurnalis, ya sama aja kerjanya kayak gitu. Ha…ha…ha…

RINI K | DINI TEJA

Berita terkait

Artis Indonesia Bereaksi Usai Timnas U-23 Kalah dari Guinea, Ibnu Jamil: Wasit Kacau

1 hari lalu

Artis Indonesia Bereaksi Usai Timnas U-23 Kalah dari Guinea, Ibnu Jamil: Wasit Kacau

Selebritas Indonesia ramai-ramai mengungkapkan kekesalannya kepada wasit yang menyebabkan kekalahan Timnas U-23.

Baca Selengkapnya

Baim Wong Klaim Konten Prank KDRT-nya tidak untuk Rendahkan Polisi

7 Oktober 2022

Baim Wong Klaim Konten Prank KDRT-nya tidak untuk Rendahkan Polisi

Baim Wong mengklaim video prank laporan KDRT-nya ke polisi untuk edukasi ke masyarakat

Baca Selengkapnya

Baim Wong dan Paula Verhoeven Penuhi Panggilan Polisi soal Video Prank KDRT

7 Oktober 2022

Baim Wong dan Paula Verhoeven Penuhi Panggilan Polisi soal Video Prank KDRT

Pasangan Baim Wong dan Paula Verhoeven dilaporkan polisi atas tuduhan laporan palsu karena membuat konten prank KDRT

Baca Selengkapnya

Video Porno Mirip Nagita Slavina, Polisi: Palsu, Hasil Editan

15 Januari 2022

Video Porno Mirip Nagita Slavina, Polisi: Palsu, Hasil Editan

Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKB Wisnu Wardhana mengatakan pemeran dalam video porno yang viral di media sosial bukanlah Nagita Slavina

Baca Selengkapnya

Polisi Bantah Punya Daftar Artis Pengguna Narkoba

15 Januari 2022

Polisi Bantah Punya Daftar Artis Pengguna Narkoba

Dugaan ini mencuat setelah polisi menangkap empat artis di awal 2022 karena narkoba,

Baca Selengkapnya

Pengacara Minta Nia Ramadhani Direhabilitasi, Alasannya Pecandu Berat

12 Januari 2022

Pengacara Minta Nia Ramadhani Direhabilitasi, Alasannya Pecandu Berat

Kuasa hukum Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, Wa Ode Nur Zainab, membantah pernyataan hakim yang menyebut kliennya memakai sabu hanya untuk senang-senang

Baca Selengkapnya

Bantah Asal Tangkap Naufal Samudra, Polisi: Ada Dua Alat Bukti

9 Januari 2022

Bantah Asal Tangkap Naufal Samudra, Polisi: Ada Dua Alat Bukti

Penangkapan Naufal Samudra jadi pertanyaan karena polisi tidak menemukan barang bukti narkotika dan tes urine negatif.

Baca Selengkapnya

Dinkes DKI Pastikan Ashanty tak Dapat Perlakuan Khusus

9 Januari 2022

Dinkes DKI Pastikan Ashanty tak Dapat Perlakuan Khusus

Dinas Kesehatan DKI Jakarta memastikan tidak ada perlakuan khusus terhadap penyanyi Ashanty yang baru kembali dari Turki dan terpapar virus corona.

Baca Selengkapnya

Tarif Cassandra Angelie Rp 30 Juta, Polisi Bantah Pelanggannya Pejabat

4 Januari 2022

Tarif Cassandra Angelie Rp 30 Juta, Polisi Bantah Pelanggannya Pejabat

Cassandra Angelie mengaku sudah lima kali beroperasi dengan tarif sekali kencan sebesar Rp30 juta.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Artis Sinetron CA Atas Dugaan Kasus Prostitusi

31 Desember 2021

Polisi Tangkap Artis Sinetron CA Atas Dugaan Kasus Prostitusi

Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya menangkap seorang artis sinetron berinisial CA dalam kasus dugaan prostitusi.

Baca Selengkapnya