Memanjakan Lidah di Jakarta Street Food Festival 2016
Editor
Rini Kustiani
Selasa, 15 November 2016 12:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan tenda berjajar seirama di halaman koridor penghubung La Piazza dan Mal Kelapa Gading. Warna-warni bendera dan lampu dirangkai saling-silang di sepanjang koridor, juga ratusan kursi dan meja kayu terhampar di halaman. Ya, karnaval kuliner Jakarta Street Food Festival tengah berlangsung pada 11-27 November 2016.
Isi Tas Wanita Sukses
Layaknya wisata kuliner, asap dari penganan yang dibakar membumbung tinggi dari satu-dua tenda. Ada yang sibuk memasak, giat menawarkan dagangan, dan membereskan peralatan makan. Mata pengunjung dimanjakan dengan pemandangan aneka hidangan lezat. Sebut saja aneka makanan ringan sampai berat, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, ada di sini.
General Manager Corporate Communication Summarecon Cut Meutia mengatakan 73 tenant digandeng untuk turut berpartisipasi dalam acara Jakarta Street Food Festival tahun ini. Seluruhnya terbagi atas 48 stan, 22 gerobak, dan tiga food truck. “Penganan yang dijajakan ialah yang berasal dari pinggir jalan atau kaki lima,” ujar Meutia.
Meski menyuguhkan beragam kuliner pinggir jalan atau kaki lima, penyelenggara festival yang rutin digelar setiap tahun-pertama kali dimulai pada 2013, ini menurut Meutia, tak asal menerima calon penjaja makanan. Setiap peserta Jakarta Street Food Festival harus melalui seleksi dari tim riset. “Yang dipilih ialah yang unggul dari segi cita rasa dan kepopulerannya,” katanya. “Tak hanya enak, tapi juga autentik.”
Selain itu, Meutia melanjutkan, penganan yang ditawarkan harus bervariasi. Karena itu, dari ujung ke ujung, pengunjung akan menemui jenis kudapan yang berbeda. Ada yang berasal dari dalam Jakarta, luar Jakarta, bahkan ada yang diadaptasi dari luar negeri.
Dari Jakarta, misalnya, yang menjadi primadona adalah es selendang mayang. Kuliner asal Betawi itu banyak diburu lantaran kini sudah jarang ditemukan di Ibu Kota. Biasanya, minuman berbahan dasar tepung beras ini hanya muncul di acara-acara tertentu, seperti saat Lebaran Betawi.
Penganan lain yang tampak diincar ialah sate taichan. Belakangan, namanya naik daun di kalangan anak muda Jakarta. Diah Anggraeni, 29 tahun, warga Jakarta Timur, yang ditemui Tempo di area festival, mengatakan sudah lama ingin menjajal penganan bercita rasa pedas itu. “Pedagang sate taichan kebanyakan ada di Senayan. Lokasinya jauh dari rumah, jadi saya belum sempat ke sana,” ujarnya. “Kebetulan di Kelapa Gading ada festival makanan dan ada sate taichan, ya saya pilih ke sini saja.”
Selain jenis makanan yang sudah tersohor, ada penganan yang tak kalah menarik buat dicoba. Di antaranya singkong keju, serabi hijau, soto banjar, ichitori, gulai balungan, siomay, churros, pizza kotak, nasi bakar, dan lainnya.
Bagi pengunjung yang membawa anak, di halaman arena Jakarta Street Food Festival tersedia beragam permainan anak yang biasanya ada di pasar malam. Bianglala, komedi putar, odong-odong, dan kora-kora menyemarakkan suasana. Bila festival kuliner hanya berlangsung sampai 19 November, pasar malam diadakan lebih lama, yakni hingga 11 Desember 2016.
Selain itu, di tempat yang sama ada pula gelaran Wine and Cheese Expo. Pameran ini diadaptasi dari perayaan musim panen anggur di Beajolais, Paris-daerah yang terkenal sebagai penghasil wine yang bisa langsung dinikmati setelah fermentasi.
FRANCISCA
Berita lainnya:
Menghadapi Bos Lebih Muda atau Seusia
Perilaku yang Bikin Kamu Tidak Menarik Lagi
Sikap Perfeksionis Berdampak Menurunkan Kualitas Hidup