Ilustrasi perempuan stres/depresi. Shutterstock.com
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 33,4 persen responden yang merupakan generasi Y menyatakan tidak bahagia di tempat mereka bekerja. Para responden merupakan mereka yang berusia 22-26 tahun dan memiliki pengalaman bekerja selama 1-4 tahun. Fakta ini didapat dari hasil survei yang dilakukan Jobstreet.com.
Survei yang dilakukan pada periode Juni-Juli 2016 terhadap 27 ribu responden tersebut menyimpulkan, ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab ketidakbahagiaan para generasi Y. Tiga faktor tersebut adalah kesempatan pengembangan karier yang terbatas, jumlah insentif yang kurang menggiurkan, serta gaya kepemimpinan manajemen yang kaku.
Sebanyak 6.000 responden merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan memiliki variasi pekerjaan yang tidak memperkaya pengalaman bekerja. Para responden berharap bisa berpindah ke fungsi pekerjaan yang berbeda untuk meningkatkan keahlian mereka. Namun, sayangnya, hal ini kerap tidak terwujud karena kurangnya perhatian manajemen terhadap perkembangan karier para karyawannya.
Sedangkan sekitar 6.200 responden berharap dapat memperoleh bonus yang lebih besar. Sebab, menurut mereka, bonus yang diberikan perusahaan dalam bentuk pembagian keuntungan kinerja perusahaan serta prestasi mereka tidaklah sepadan.
Gaya kepemimpinan yang otoriter juga dinyatakan oleh 5.500 responden sebagai penyebab mereka tidak bahagia di tempat kerja. Para atasan tidak memberikan kepercayaan serta jarang mendelegasikan pekerjaan, sehingga para responden harus menunggu agar pekerjaan diberikan. Hal ini memberikan dampak pada rendahnya rasa bangga terhadap pekerjaan yang dilakukan.