Ilustrasi pasangan di atas ranjang. shutterstock.com
TEMPO.CO, Jakarta - Mereka yang telah menikah memiliki peluang hidup lebih tinggi setelah mengalami serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang masih lajang ataupun bercerai ketika terkena serang jantung, seperti dilansir laman Today.
Teori ini didapat setelah dilakukan penelitian di Inggris yang melibatkan 25 ribu orang yang terkena serangan jantung. Mereka yang menikah memiliki peluang hidup 14 persen lebih tinggi dibanding mereka yang lajang.
Mereka yang telah menikah juga menjalani masa rawat inap rumah sakit tersingkat setelah terkena serangan jantung. Sedangkan mereka yang bercerai memiliki angka kematian 6 persen lebih tinggi dalam kurun waktu 7-8 tahun setelah terkena serangan jantung dibanding mereka yang lajang.
Para peneliti menyatakan hasil ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan sosial bagi mereka yang terkena serangan jantung. Mereka yang menikah memiliki pasangan yang dapat saling memberi dukungan sosial.
Salah seorang peneliti, Rahul Potluri, mengatakan bahwa mereka yang lajang ataupun bercerai juga harus memiliki jaringan dukungan sosial, seperti teman atau orang yang tergabung dalam support group, setelah mereka keluar dari rumah sakit.
Faktor lain yang membuat peluang hidup mereka yang menikah lebih tinggi adalah adanya pasangan yang mengingatkan mereka untuk memeriksakan gejala penyakit jantung lebih awal.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
7 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.