TEMPO.CO, Jakarta - Teori tentang bagaimana menciptakan quality time antara ibu bekerja dan anaknya memang banyak. Namun, sebagian besar ibu tidak benar-benar tahu apa yang harus mereka lakukan. Konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria, Anggia Chrisanti, membantu menjelaskannya. Berikut ini rinciannya.
- Yakinkan diri Ibu harus menyadari apa alasan dia ke luar rumah. Sebab, itulah sumber motivasi saat ibu merasa berat meninggalkan si kecil.
- Jangan galau Ibu dan anak memiliki ikatan yang kuat. Saat ibu merasa galau-apa pun sebabnya, maka jangan heran jika ibu akan mendapatkan laporan dari pengasuh kalau anaknya rewel sepanjang hari. Bahkan bukan tidak mungkin anak sampai mengalami sakit, semisal demam.
- Teguh Tinggalkan hati saat Anda ke luar rumah. Jangan menambah rasa bersalah dengan melihat foto anak atau rekaman polah saat Anda di luar. Lagi pula, kelakuan seperti itu tidak ada gunanya karena toh Anda tidak sedang bersama si kecil. Tentu perasaan ini juga akan membuat kualitas pekerjaan Anda tidak optimal.
- Jangan membawa pekerjaan ke rumah Tinggalkan kepala saat Anda ke luar kantor. Artinya, jangan pulang dengan membawa pekerjaan kantor. Walaupun itu sekadar pikiran tentang masalah kantor yang belum beres, rekan sekerja atau bos yang menyebalkan, dan lain-lain. Sebab, Anda tak akan maksimal memanfaatkan waktu berkualitas saat di rumah bersama anak.
- Manfaatkan waktu di rumah Setibanya di rumah, lupakan makeup remover, lupakan rasa gerah, cukuplah mencuci tangan. Segera beri anak pelukan erat, ajak dia bermain, atau bercanda bersama.
- Ceritakan Ajak anak bercerita tentang aktivitasnya sehari-hari. Hal ini berlaku bahkan dari usia anak yang masih bayi karena anak mampu mengerti apa yang ibunya sampaikan.
- Cukup kangen-kangenan Jika sudah cukup bercengkerama dengan anak, segera mandi dan ganti pakaian, kemudian selesaikan dengan makan malam bersama. Antar si kecil tidur atau biarkan dia tidur dalam pelukan ibu.
- Harus pamit Satu hal yang tidak kalah penting, jangan pernah pergi tanpa pamit karena itu menyakitkan bagi anak. Mereka akan merasa seperti “ditinggal”.