TEMPO.CO, Jakarta - Para ahli mengatakan remaja masa kini dikenal dengan istilah generasi sofa dan kentang berisiko memiliki tulang yang lemah. Tulang lemah berisiko osteoporosis.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Bone dan Mineral Research menunjukkan hasil penelitian University of British Columbia (UBC) yang melibatkan 309 remaja. Penelitian selama 4 tahun mempelajari perkembangan fisik anak menggunakan alat HR-pQCT dan x-ray hingga anak berusia 16 tahun.
Peneliti membandingkan perbedaan antara peserta yang rutin melakukan kegiatan fisik selama sejam setiap hari dan peserta yang menghabiskan kurang dari 30 menit untuk berolahraga.(baca: Kisah Vaksin yang Konon Penyebab Autisme)
"Kami menemukan bahwa remaja yang kurang aktif memiliki tulang yang lemah, kekuatan tulang diperlukan untuk mencegah patah tulang," kata ketua penelitian Leigh Gabel, dilansir EurekAlert. Hanya 25 persen dari peserta yang aktif melakukan aktivitas fisik dan hasil menyedihkan untuk anak perempuan. Hanya sembilan persen memiliki tulang sehat.
Para ahli menekankan usia 10-14 pada anak perempuan dan 12 - 16 anak laki-laki merupakan masa yang penting. Masa para remaja meningkatkan kekuatan tulang hingga 36 persen.Kekuatan tulang ini meliputi kepadatan tulang, ukuran tulang dan mikroarsitektur nya.
Para ahli mengingatkan orang tua dan guru untuk mendorong anak-anak untuk berolahraga. Gerakan fisik tidak harus kaku seolah-olah anak berolahraga seperti atlet.
"Kerangka dari tulang yang kuat berbeda dari sistem kardiovaskular hanya memerlukan olahraga sebentar," kata penulis pendamping penelitian Heather McKay, dilansir Metro Canada. Anak dapat melakukan hal yang sederhana seperti berjalan-jalan di taman, menari atau kegiatan aerobik. (baca: Lagi Soal Dumolid, Efeknya Kerusakan Saraf Permanen)
PARENTHERALD | DINA ANDRIANI