TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak yang nakal, membangkang, atau tidak menurut sering membuat orang tua emosi. Akibatnya, orang tua menjadi marah dan berteriak kepada anak-anak, atau bahkan memukul mereka.
Menurut psikolog klinis Laura Markham, semua tindakan -baik berteriak ataupun memukul anak, salah. Dalam wawancaranya dengan situs Fatherly, kebiasaan orang tua berteriak kepada anak harus dievaluasi lagi. Menurutnya, berteriak hanyalah alat orang tua untuk melepaskan stres.
Menurut psikolog yang juga penulis buku “Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting” itu, berteriak pada anak tak akan berpengaruh banyak karena perkembangan otak anak pun belum banyak. Sebaliknya, berteriak akan memberi respons kimiawi yang bisa menghambat proses belajar dan pertumbuhan anak.
“Anak-anak melepaskan biokimia dengan jawaban melawan atau diam. Mereka mungkin memukul kita, lari, atau diam seribu bahasa. Semua sikap tersebut tak baik untuk pembentukan otak,” ujar Markham.
Menurut Larkham, para orang tua yang kerap berteriak justru mengajarkan anak-anak bahwa teriakan marah itu adalah cara yang wajar dalam berkomunikasi. Begitu juga dengan kekerasan fisik bagi orang tua yang senang melakukannya. Sebab itu, respons akan menurun dari orang tua ke anak.
Pendapat seperti ini bukan hanya dari satu pakar. Beberapa penelitian sebelumnya selama bertahun-tahun telah membuktikan dampak berteriak kepada anak. Sebuah penelitian pada 2013 yang dimuat di jurnal Child Development menunjukkan berteriak kepada anak-anak, termasuk mengejek dan menyumpah serapah, sama berbahayanya dengan hukuman fisik.
Bila berteriak pada anak bukan hal yang bagus, maka berteriak yang disertai kata-kata menghina atau mengejek bisa dikategorikan sebagai kekerasan emosional. Tindakan tersebut sudah terbukti memiliki dampak jangka panjang, seperti kegelisahan, rendah diri, dan meningkatkan agresi pada anak, juga membuat anak lebih senang merisak karena batasan yang sehat dan rasa hormat sudah rancu.
Markham menganjurkan humor sebagai cara alternatif untuk mendisiplinkan dan mengajar anak bila berbuat kesalahan atak kenakalan yang umum dibuat anak-anak. “Bila orang tua menanggapinya dengan rasa humor, kita tetap bisa menunjukkan kekuasaan dan membuat mereka terhubung dengan kita,” ujar pendiri Aha! Parenting itu.
Ketimbang berteriak untuk menyalurkan emosi, ada baiknya orang tua menenangkan diri dulu kemudian berbicara secara terbuka kepada anak perihal sikapnya yang menyulut kemarahan. Tetap tegas dalam bersikap atas kesalahan anak daripada hanya memberi ancaman.
PIPIT
Berita lainnya:
Saran Psikolog Jika Anak Batita Bicara Kasar
Usir Stres, Prilly Latuconsina Suka Bak-buk, Bak-buk
Irfan Hakim Ditegur Si Bontot, Jadi Iri Sekaligus Bersyukur