TEMPO.CO, Jakarta - Terapi hormon adalah salah satu solusi kesehatan pada wanita yang telah menopause dan memiliki berbagai keluhan. Keluhan yang dimaksud bisa berupa timbulnya rasa cemas, infeksi saluran kemih, vagina kering, dan nyeri ketika berhubungan badan.
Terapi hormon akan membantu memperbaiki kondisi fisik, contohnya terapi estrogen. Terapi estrogen akan meningkatkan prosuksi kolagen, kelembaban kulit, dan mencegah keriput.
Namun, salah satu kekhawatiran ketika menjalani terapi hormon adalah risiko terserang kanker. Menurut dokter kandungan Ni Komang Yeni, kekhawatiran ini tidak benar. "Terapi hormon boleh dilakukan selama diterapkan dengan benar dan diawasi setiap enam bulan," ujarnya.
Sebelum melakukan terapi hormon wajib dilakukan pemeriksaan tentang kondisi hormon dalam tubuh. "Jika ingin mengkonsumsi obat hormon, pastikan dulu status hormon dalam tubuh," kata wakil ketua Perkumpulan Menopause Indonesia cabang Jakarta Raya ini.
Intinya, wanita tidak boleh melakukan terapi hormon secara sembarangan dan sebaiknya dilakukan ketika memang timbul keluhan akibat menopause. Menopause sendiri rata-rata dialami pada usia 51 tahun dengan transisi sekitar 3-5 tahun. Seseorang dikatakan mengalami menopause jika mengalami henti haid selama 12 bulan berturut-turut.
TABLOIDBINTANG
Artikel lain:
Penyebab Payudara Kendur Setelah Melahirkan
11 Manfaat Memasukkan Mangga dalam Menu Makan
Olahraga Angkat Beban Baik untuk Wanita Menopause