TEMPO.CO, Jakarta - Aroma samar keju panggang terendus begitu menuruni tangga di pusat belanja Senayan City, Jakarta Selatan. Wangi itu pula yang menuntun hingga menemukan gerai Hokkaido Baked Cheese Tart. Gerai ini menawarkan penganan pai berkrim keju khas Jepang yang sedang digandrungi khalayak.
Kios berukuran 2 x 3 meter itu tak pernah sepi dari pembeli. Mereka datang dan pergi tanpa perlu lama menunggu. Etalase kaca penuh dengan kue keju berdiameter sekitar 10 sentimeter. Kesibukan para karyawan Hokkaido di dapur menjadi tontonan yang menarik.
Ada yang bertugas memasukkan kue ke pemanggang, mengipasi kue yang sudah matang sebelum ditaruh ke dalam etalase, juga memasukkan kue pesanan ke dalam kotak berwarna kuning dan pirus. "Kuenya perlu didinginkan dulu agar bagian luarnya tidak pecah," tutur seorang pegawai Hokkaido kala dijumpai Tempo.
Ketika mencicipi pai Hokkaido, bagian kulitnya memang cukup rapuh. Tapi ia punya tekstur yang renyah dan rasa yang gurih. Isinya berupa krim keju segera lumer begitu memasuki rongga mulut. Paduan keju krim mascarpone dan susu dalam pai ini menghasilkan kombinasi manis-gurih yang pas.
Menurut salah satu konsumen, Bintari, keju krim Hokkaido tak terlalu manis. Adapun painya renyah. Demikian pula halnya dengan Yolanda. Ia mengaku tergoda memburu Hokkaido karena sedang banyak dicari. Yolanda tak menyesal karena harus "bolos" dari program penurunan berat badan yang sedang ia jalani. "Kejunya terbaik, painya pun pas, enggak keras banget," ujarnya.
Baca juga:
Soal harga, karyawan pemerintah daerah ini menilai masih rasional. Satu kue kecil dibanderol seharga Rp 20 ribu, sedikit lebih mahal dibanding pai biasa yang berukuran sama. Tapi harga tersebut jauh lebih murah daripada kue sejenis yang dikeluarkan pesaingnya, Pablo.
Pablo memiliki varian kue keju tersendiri. Pinggiran yang melindungi keju krim di dalamnya lebih mirip lapisan kulit pastry, bukan kulit pai seperti Hokkaido. Keju krim custard--susu atau krim yang dicampur kuning telur--Pablo ini pun layak dicoba karena sama-sama memberikan sensasi lumer di mulut ketika dinikmati tak lama setelah dikeluarkan dari oven. Rasa segar dan asam akan hadir dari lapisan selai aprikot yang dituangkan di atas krim.
Sejak Pablo hadir di Gandaria City pada November 2016, pelanggan sepertinya belum bosan antre di sana. Diperlukan waktu 15-20 menit cuma untuk mendapatkan nomor pemesanan. Hingga kue Pablo di tangan, butuh waktu total 30-45 menit. Pablo Mini dihargai Rp 45 ribu per buah. Varian ini punya rasa serupa dengan versi besarnya.
Menurut Manajer Operasional Pablo Indonesia Aji Firdaus, masyarakat Jepang biasanya menikmati Pablo Mini setelah disimpan di dalam kulkas. Pendinginan membuat teksturnya menjadi lebih padat dan mirip dengan es krim. Proses pembuatan produk di Indonesia tak berbeda dengan di Jepang. Pablo pun punya konsep dapur terbuka seperti Hokkaido.
AISHA SHAIDRA | RAYMUNDUS RIKANG
Berita lainnya:
Sering Pakai Headset, Atur Volume dan Durasinya
Banana Cake Ala Philips yang Praktis Cara Buatnya
Mengenang Yves Saint Laurent Lewat Pameran Foto