Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Unik Narsih Membatik, Pakai Daun dan Palu  

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Bermacam-macam daun tampak berserakan di lantai. Daun pepaya berbagai ukuran ditata di atas kain, lalu dipukul-pukul dengan palu karet. “Ini kalau dipukul-pukulkan akan keluar bentuk dan warna dari daunnya,” kata Narsih Setyawan kepada Tempo di kediamannya di kawasan Surabaya Barat, Selasa 27 Desember 2016.

Dengan telaten, perempuan 40 tahun itu melakukan proses tersebut hingga selesai. Narsih adalah seorang perajin sekaligus hobi mengkoleksi beragam kain Nusantara. Nah, teknik memberi motif dan warna pada kain dengan cara memukul-mukul dengan palu karet tadi terinspirasi dari tetangganya yang tengah menebang pohon jambu biji setahun lalu.

Saat itu, Narsih melihat daun jambu berserakan dan hendak dibuang. Narsih lantas ingat kalau daun jambu biji itu bisa dijadikan pewarna alami. “Lalu aku minta tiga lembar daun jambu tetangga itu," katanya. Di rumah, Narsih mencari palu kemudian memukul-mukulkan daun jambu tadi di atas selembar kain putih. "Wah, ternyata motif dan warnanya bagus."


Narsih Setyawan memukul daun dengan palu karet pada selembar kain putih. (Artika Rachmi Farmita | TEMPO)

Gembira dengan ekeperimen pertamanya, perempuan yang biasa disapa Bunda Awang itu meminta daun jambu biji lebih banyak lagi sebagai bahan percobaan. Khawatir warna alami dari daun jambu tadi cepat luntur, Narsih lantas merendam kain batik ciptaan pertamanya itu ke dalam air sabun. Dia biarkan kain itu terendam selama 3 hari. Hasilnya, motif daun dan warnanya tak luntur.

Narsih semakin bersemangat membuat batik dengan motif dan warna alami dari daun. Dia kemudian mengkombinasikan kreasi iseng-isengnya tadi dengan beragam daun. Setelah berselancar di Internet tentang variasi membatik, Narsih baru tahu jika teknik yang diterapkannya selama ini dikenal dengan Ecoprint. Di luar negeri, seperti Australia dan negara-negara Eropa, teknik ecoprint sudah lama populer.

“Biasanya perajin luar menempelkan daunnya ke kain, lalu diproses dengan dua cara, yakni dikukus (steam) dan direbus untuk mendapatkan warnanya,” kata dia. Jika perajin di luar negeri menerapkan dua metode ecoprint tadi, Narsih konsisten dengan palu-nya. Menurut dia, jenis palu yang dipakai untuk memukul daun pada kain akan memberi efek yang berbeda pada hasilnya. "Memukul daun dengan menggunakan palu daging atau palu karet, hasilnya tidak sama" ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk mendapatkan warna merah, Narsih menggunakan kulit secang, warna kuning dari kunyit, kuning keemasan dari kulit bawang bombay, warna coklat kekuningan dari kulit bawang merah, serta warna indigo daun tarum. Bahkan Narsih terkadang memakai sayuran sampah dapur untuk mendapatkan warna hijau. “Pokoknya apa saja yang gampang dicari di sekitar,” ujarnya.


Narsih menggunakan kulit secang untuk memperoleh warna merah. (Artika Rachmi Farmita | TEMPO)

Selain bermain warna, Narsih juga memodifikasi motif daun yang ditorehkan pada kain. Di antaranya daun bayam, kangkung, kenikir, ketela, daun jati, jambu batu, hingga daun jarak. Setelah hasilnya dianggap bagus, Narsih lantas mengunggah gambar kain batik buatannya itu ke media sosial. "Ternyata, banyak kawan-kawan perajin di Surabaya, Yogyakarta, sampai Temanggung yang tertarik dan berminat berbagi ilmu,” katanya.

Narsih berharap, semakin banyak masyarakat yang peduli dengan kelestarian alam dan melirik menggunakan kain hasil ecoprint. Sebab, kini tak sedikit pembatik dan pengrajin kain yang menggunakan pewarna sintetis. “Alasannya, pewarna alami itu mahal dan lama prosesnya. Padahal, bisa murah dan ramah lingkungan,” ucap pengagum desainer Oscar Lawalata itu.

ARTIKA RACHMI FARMITA

Berita lainnya:
Memilih Pakaian Dalam yang Aman dan Sehat
Ciri Pria yang Hobi Permainkan Perasaan Wanita
Cerita Naballah Chi, Fashion Blogger Afrika Berhijab

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

8 jam lalu

Ilustrasi wanita mengenakan celana jeans ketat. AP/Alastair Grant
Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

6 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

14 hari lalu

Seorang gadis dengan blus ala boho chic menghadiri Coachella Valley Music & Arts Festival 2016, di Indio, California.  Matt Cowan/Getty Images for Coachella
Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.


Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

19 hari lalu

Victoria Beckham. Instagram.com/@victoriabeckham
Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion


Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

23 hari lalu

Terdakwa kasus pencemaran nama baik, Ahmad Dhani mengenakan peci hitam saat menjalani sidang lanjutan di PN Surabaya, Selasa, 12 Februari 2019. Saat ini Dhani sedang menjalani sidang atas kasus yang terjadi di Surabaya. ANTARA/HO/Ali Masduki
Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

35 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

52 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.