TEMPO.CO, Makassar - Bukan urusan mudah menghadapi masyarakat yang cenderung apatis dan menerima situasi. Kondisi ekonomi yang menghimpit dan pola pikir yang berbeda membuat mereka sulit berubah. Namun Kasmawati dan enam rekannya di Desa Arungkeke, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, mengubah itu semua.
Pada 2008, Kasmawati yang notabene adalah ibu rumah tangga ini memberanikan diri mendirikan Aliansi Kelompok Usaha Ekonomi Produktif. Modal perempuan kelahiran Lassang-lassang, 11 September 1947 itu hanya satu: percaya diri. Sejak komunitas itu terbentu, Kasmawati langsung mengidentifikasi masalah apa yang dihadapi kaum perempuan di tingkat desa. "Saya lalu mensosialisasikan pentingnya hidup berkelompok untuk mengatasi masalah," kata Kasmawati kepada Tempo.
Dalam mengelola kelompok usaha tadi, Kasmawati berbekal ilmu dari berbagai pelatihan yang pernah diikutinya. Salah satunya adalah pelatihan yang diadakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Permata pada 2003-2007. Di situ, Kasmawati memperoleh bekal ilmu budi daya rumput laut untuk mengembangkan potensi lokal.
Aliansi Kelompok Usaha Ekonomi Produktif yang dibentuk Kasmawati lantas mendapatkan bantuan dana dari Access -sebuah lembaga donasi dari Australia, sebesar Rp 300 juta untuk periode 2009-2011. "Dana Australia kami pakai untuk membangun sekretariat aliansi di Kota Jeneponto sekaligus dana operasional," katanya.
Menurut ibu lima anak ini, saat aliansi terbentuk, ada 13 kelompok koperasi di Kabupaten Jeneponto yang didampingi. Satu unit koperasi memiliki ratusan anggota. Melalui aliansi kelompok usaha itu, Kasmawati mengajarkan pengolahan rumput laut menjadi dodol dan selai, serta cara membuat abon ikan.
Tak cuma meningkatkan budi daya rumput laut, Kasmawati juga memiliki tantangan lain yakni jeratan rentenir kepada sejumlah wanita. Mereka terpaksa meminjam kepada lintah darat karena tak memiliki akses untuk mendapatkan modal usaha.
Setelah produk hasil laut meningkat, kini Kasmawati mencari metode pemasaran yang efektif. Dia berupaya memperluas jaringan kerja dengan cara berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk memasarkan produk lokal tersebut. "Alhamdulillah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan membuat galeri pemasaran dan meminta produk kami," kata dia.
Kasmawati mengakui hidup berorganisasi terkadang bikin repot. Musababnya, dia masih berkewajiban mengurus keperluan rumah tangga dengan lima anak. "Pada awalnya saya kerepotan, tapi lama-kelamaan bisa diatur berkat dukungan orang tua, suami, dan keluarga besar," ujarnya. Kerja keras Kasmawati berbuah manis. Lembaga donasi Access dari Australia tadi menganggapnya sukses membangun desa, dan meneruskan kerja sama hingga 2012.
DIDIT HARYADI
Berita lainnya:
Hari Ibu, Sri Mulyani Sebut Nama Presiden Soekarno
Tutik Asmawi, Petani Sampah yang Sukses Ekspor ke Jepang
Iim Fahima Kampanye Queenrides, Peduli Pengendara Perempuan