TEMPO.CO, Jakarta - Tak jauh dari Taman Menteng, De Ritsz Building tampak menarik perhatian. Dari kejauhan, terlihat kursi-kursi berwarna natural berjajar. Ada juga tanaman hijau yang mengelilinginya. Inilah satu-satunya bangunan yang memiliki rooftop menarik di antara gedung-gedung tinggi di sekitarnya. Setiap orang yang melihat, pasti membayangkan serunya nongkrong sembari menikmati kesyahduan Ibu Kota saat senja menjelang.
Dari lantai satu, gedung itu tampak biasa saja. Namun nuansa berbeda langsung terasa begitu menginjakkan kaki di lantai paling atas, yakni lantai lima. Tulisan Por Que No memenuhi dinding. Yang membuat takjub adalah komponen yang membentuk tulisan tersebut, yakni potongan pensil warna yang ditancapkan di dinding. Terlihat begitu artistik dan segar.
Baca Juga:
Sesuai dengan namanya, siapapun pasti langsung teringat dengan Spanyol. Dalam bahasa Indonesia, Por Que No artinya “Kenapa Tidak?”. Seorang perempuan blasteran Belgia dan Indonesia yang menjadi manager Por Que No, Liris mengatakan, konsep restoran itu adalah ingin menghadirkan tapas bar di Spanyol. Liris menjelaskan, tapas merujuk pada beragam makanan yang disajikan dalam porsi kecil. Penganan tersebut dituang ke dalam mangkuk lalu disantap bersama sambil minum-minum, entah alkohol, jus, atau kopi.
Menariknya, konsep tapas yang diusung di sini di sesuaikan dengan budaya makan orang Indonesia, yakni duduk manis sambil berbincang ringan. Sedangkan di Spanyol, warung tapas umumnya minim kursi karena mereka lebih suka makan dan minum sembari berdiri. “Di sini orang suka pergi ke luar untuk makan, duduk berlama-lama. Makanya kami sediakan bangku yang nyaman,” kata Liris.
Hamparan kursi kayu warna-warni menyegarkan mata dan membuat pengunjung betah berlama-lama di Por Que No. Dindingnya menampilkan pajangan mozaik yang merepresentasikan budaya pop. Ada juga sofa panjang coklat dengan batal kursi.
Di antara muatan interior yang apik, ada satu yang menarik perhatian pengunjung, yakni vas kaca yang diisi potongan-potongan pensil warna –kuning, oranye, hijau, dan merah jambu- semuanya disusun rapi. Konsepnya sama seperti dinding bagian luar restoran tadi yang membentuk tulisan Por Que No. “Ide itu muncul dari pemilik, Melisa. Arsiteknya adalah suaminya sendiri,” ujar Liris.
Penataan di luar berbeda dengan di dalam ruangan. Area di dalam ruangan terlihat lebih kalem dan minimalis. Permainan warnanya lebih natural. Kursi dan bar didominasi unsure coklat berpadu daun hijau. Adapun kursi di luar ruangan biasanya diincar para pengunjung yang mengajak serta pasangan atau sahabatnya.
Setelah menikmati suasana restoran, kini saatnya mengetahui apa yang bisa disuguhkan oleh Por Que No. Liris merekomendasikan menu yang paling banyak dipilih pelanggan, yakni Abrol de Aceitunas Alinadas (buah zaitun) untuk hidangan pembuka; Calamaras en su Tinta (cumi-cumi tinta hitam) untuk hidangan utama; dan White Wine Sangria (cocktail) untuk minuman. Semua menu tertulis dalam bahasa Spanyol dengan keterangan dalam bahasa Inggris.
Liris juga menyampaikan perbedaan penyajian makanan di Por Que No dengan di tapas bar sesungguhnya. Di sini, kata dia, penganan dikemas dalam bentuk yang unik dan menarik. Sebab itu, banyak tokoh foodgram berdatangan hanya untuk memotret makanan.
Ucapan Liris terbukti saat ketiga menu tadi tersaji di atas meja. Abrol de Aceitunas Alinadas terhidang dengan sebuah pohon mungil yang tertanam di dalam pot dengan buah bulat pada ranting-rantingnya. Buah berwarna hitam dan hijau itu bernama zaitun. Ada sensasi kecut, asin, dan gurih bercampur jadi satu. Sumber rasa gurih ini berasal dari bawang putih cincang yang ditaburkan pada permukaan buah zaitun. Cara memakannya juga unik, seperti memetik buah dari pohon.
Calamaras en su Tinta tak lain adalah cumi-cumi kuah tinta hitam yang dikemas dalam sebuah wadah kaca mungil. Potongan cuminya banyak sekali, cukup untuk 2-3 orang. Saat tutup wadah kaca dibuka, bau khas olahan laut merebak. Harumnya membuat nafsu makan memberontak. Ketika sepotong demi sepotong cumi mendarat di lidah, mungkin rasanya belum tentu cocok untuk sebagian orang Indonesia. “Kami murni mengadopsi dari Spanyol, tidak disesuaikan dengan lidah orang di sini,” kata Liris.
Sementara itu cocktail-nya terasa segar, perpaduan wine, sirup rasa lemon, serta potongan stroberi dan apel di dalamnya. “Namanya sangria, asli dari Spanyol,” ujar Liris. Menyantap hidangan Spanyol diiringi lantunan instumen jazz fusion, menjadi momentum yang indah sembari menikmati matahari yang perlahan kembali ke peraduan.
Por Que No
De Ritz Building, Lantai 5
Jalan HOS Cokroaminoto Nomor 91, Menteng, Jakarta Pusat
Operasional
Selasa-Kamis dan Minggu: jam 12.00-00.00 WIB
Jumat-Sabtu: jam 12.00-02.00 WIB
Kapasitas: 100 orang
Harga: Rp 30-200 ribu per menu.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Berita lainnya:
Pose agar Tampak Lebih Kurus di Dalam Foto
Anda Sering Mual? Jangan Anggap Remeh Penyebabnya
`Bekal` Apa Saja yang Dibutuhkan untuk Berhenti Merokok?