TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas atau kadar lemak yang berlebih dalam tubuh bukan perkara yang mudah. Hal ini diakui Wakil Sekjen I Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro.
Menurut dia, penanganan obesitas tidak serta-merta hanya mengurangi makan agar bobot tubuh berkurang. Biasanya orang justru cenderung mengemil ketika mengurangi porsi atau tidak makan berat.
"Penanganan obesitas bisa dikatakan sulit. Mereka yang gemuk, belum tentu masalahnya selesai hanya dengan mengurangi makan karena biasanya timbul kecenderungan mengemil makanan yang kurang bergizi. Itulah yang tidak disadari," katanya menyambut Hari Jantung Sedunia di Jakarta, Rabu 28 September 2016.
Akses yang mudah terhadap makanan yang kurang memiliki nilai gizi tersebut, menurut Ario, menjadi penyebab utama kesulitan menangani obesitas. "Makanan yang mengandung pengawet dan berkalori tinggi mudah didapat, harganya murah, dan gampang dikonsumsi," katanya.
Hal inilah menurutnya yang menyebabkan peningkatan masyarakat obesitas di kota besar. Kebiasaan merokok, tambah Dr. Ario menjadi penyebab kedua. "Biasanya mereka sudah lama merokok dan memutuskan berhenti mengganti rokok dengan mengemil karena mereka menjadi makanan sebagai kompensasi. Kebiasaan inilah yang bisa membuat bobot tubuh bertambah, yang akhirnya bisa memicu obesitas," ujarnya.
Untuk mengangani obesitas, Ario mengatakan dibutuhkan pendekatan yang individualis karena menurutnya kondisi setiap orang berbeda-beda.
Artikel lain:
5 Penyebab Kaki Bengkak Mendadak
Etika Bersantap di Restoran, Apa Saja?
10 Gejala Kanker yang Jarang Ditanggapi Serius