TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang mengatakan pertengkaran yang melibatkan pasangan adalah hal yang biasa terjadi di dalam pernikahan. Dengan alasan tengah saling mencari kecocokan, pertengkaran sering dianggap sebagai bumbu penyedap dalam rumah tangga. Pertengkaran juga dipercaya bisa membuat kehidupan suami-istri tambah mesra. Apa benar demikian?
Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi, mengatakan kalau bertengkar wajar. "Artinya ada masalah. Dan di dalam hidup, kita memang akan selalu dihadapkan dengan masalah, agar kita selalu berpikir (hingga bertemu dengan solusi),” kata Anggia.
Pernikahan terdiri atas suami dan istri, dua orang yang berbeda isi kepala dan isi hatinya. Belum lagi ketika rumah tangga itu sudah berjalan selama beberapa waktu. Masalah bisa datang bukan saja dari internal suami-istri, tapi juga anak, mertua, ipar, pekerjaan masing-masing, dan lain-lain. Mulai dari masalah komunikasi, sosialisasi, ekonomi, atau apa pun.
“Jadi yang penting adalah bukan bagaimana hidup tanpa masalah (karena itu tidak mungkin), tapi bagaimana mengatasi masalah tanpa masalah,” ujar Anggia. “Kemampuan mengatasi masalah dari dua orang berbeda yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan, inilah yang menjadi poin pentingnya."
Anggia menuturkan, semakin cerdas keduanya (suami-istri) serta semakin sehat fisik dan emosinya, maka penyelesaian masalah akan semakin cepat dan tepat. Efektif dan efisien. Realistis, logis, aktual, faktual, dan inovatif. Bahkan tidak hanya mampu menyelesaikan dan mengatasi masalah yang ada, tapi juga mampu mengantisipasi dan preventif terhadap masalah-masalah lain yang akan muncul.
“Pada akhirnya, masalah besar seperti otomatis menjadi kecil, dan masalah kecil seperti hilang. Dan kemampuan mengantisipasi, mengatasi, dan menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien tentu (hampir) tidak mungkin membawa pasangan kepada permasalahan yang sama (berulang),” ujar Anggia.
Oleh karenanya, adanya masalah, berdebat, bertengkar, adalah bumbu yang membawa kepada semakin kuat dan kokohnya suatu hubungan suami-istri dalam rumah tangga. “Tapi, bertengkar melulu jelas lain ceritanya. Terlalu sering bertengkar atau berkonflik atau bermasalah berarti ada 'makna' yang berbeda atau sebuah bom waktu perkawinan,” ujarnya.
Pertengkaran adalah bom waktu, jika:
- Intensitas terlalu sering, bukan saja setiap hari tapi dalam sehari bisa lebih dari sekali.
- Meributkan hal yang sama dari waktu ke waktu.
- Membesarkan hal yang kecil, mempermasalahkan yang tidak ada.
- Sudah memiliki dampak yang lebih dalam, baik secara fisik (biasa dikenal KDRT), psikis (stres atau bahkan depresi), dan perilaku tidak biasa (membutuhkan obat-obatan penenang, antidepresan, atau merokok yang berlebihan, performa kerja menurun, termasuk mulai munculnya perilaku selingkuh).
Berita lainnya:
Resep Kue Bingka Pandan Khas Banjar
7 Khasiat Kayu Manis yang Tak Lekang oleh Waktu
Jerawat, Keriput, dan Ketombe, Tuntaskan dengan Cuka Apel