TEMPO.CO, Tuban, Jawa Timur - Aroma rempah dan daging kambing menggoda hidung saat memasuki gerbang Masjid Mudhor di Jalan Pemuda, Kota Tuban, Jawa Timur. Aroma itu berasal dari isi kuali berdiameter 1,5 meter yang bergolak di atas tungku kayu bakar.
Ya, itulah takjil khas masjid di perkampungan Arab, Kelurahan Sidomulyo, Tuban. Hidangan ala Timur Tengah ini berbahan utama beras—pada kuali itu ada 30 kilogram—santan, dan rempah-rempah. Agar bertambah nikmat, bubur ini dicampur dengan 4-5 kilogram daging kambing cincang. Jumlah itu bisa membuat kenyang 130-150 orang.
Bubur rasa gulai ini dimasak secara bergotong-royong. Pengurus masjid laki-laki kebagian tugas memasak, sedangkan yang perempuan menyiapkan bumbu. Proses tersebut dimulai setelah salat zuhur dan rampung sekitar pukul 16.30. Menjelang buka puasa, warga di sekitar Kampung Arab Sidomulyo antre di gerbang Masjid Mudhor. Setiap hari, ada sekitar 100 orang berkerumun, sebagian menenteng piring, mangkuk, dan rantang. Mau makan di tempat atau membawa pulang, silakan.
Takmir Masjid Al-Mudhor, Baagil Bunumay, mengatakan tradisi bagi-bagi bubur tersebut berlangsung sejak 1937. Donaturnya saat itu adalah orang Arab yang bermukim di Tuban. Awalnya, takjil diperuntukkan bagi kaum duafa. Namun, kemudian, peminatnya bertambah tanpa mengenal tingkat ekonomi. "Inilah Islam, tidak membedakan status sosial," kata Baagil, di lokasi, pekan lalu.
Penggemar bubur Mudhor tersebar sampai Bojonegoro, Lamongan, dan Rembang, Jawa Tengah. ”Rasanya gurih-gurih nikmat,” ujar Fathoni, warga Kecamatan Parengan, Tuban. Pria 36 tahun ini menyukai nuansa Arab di masjid tersebut. Selain bubur kambing tadi, guru sekolah dasar ini terkesan oleh banyaknya anggota jemaah berparas Timur Tengah di sana.
SUJATMIKO
Berita lainnya:
Bila Si Sulung Menolak Adik Bayi
Begini Cara Pas Mengajarkan Anak Menghafal Al-Quran
Ingin Membangun Keluarga Sehat, Awali dengan Langkah Ini