TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai alasan melatarbelakangi keputusan orang berpindah-pindah pekerjaan. Alasan ekonomi penting, tapi tidak selalu yang utama.
Seperti Rina Nurani, 31 tahun, karyawati departemen personalia sebuah perusahaan makanan olahan. Dia kerap tertantang dengan tawaran mengisi jabatan tinggi, yang tentunya diiringi penghasilan lebih besar.
Selama sepuluh tahun berkarier, ia telah bekerja di lima perusahaan dengan rata-rata masa kerja satu hingga tiga tahun.
“Saya punya 'kebiasaan buruk'. Gatal ingin buka situs Jobstreet atau JobsDB terus,” ujarnya.
Alasan berbeda dikemukakan Lioe Franky, 30 tahun. Franky pernah bekerja di empat perusahaan berbeda di antaranya perusahaan distributor telepon seluler asal Cina dan perusahaan retail perabot rumah tangga asal Amerika.
Rekor dia paling lama bekerja di satu perusahaan tiga tahun, paling cepat tiga bulan. Berpindah-pindah pekerjaan dilakukannya demi memenuhi idealisme.
Tidak seperti kebanyakan orang yang memutuskan meninggalkan satu pekerjaan setelah diterima perusahaan lain, Franky mengambil risiko menganggur sebelum mendapat pekerjaan lain yang pas.
“Memaksakan diri bertahan lama sebelum mendapatkan pekerjaan baru hanya membuang energi. Saya tidak bisa fokus bekerja jika tidak ada antusiasme pada pekerjaan itu,” katanya.
Sampai kapan pencarian itu berakhir? “Setelah menemukan pujaan hati. Maksudnya, setelah saya mendapat pekerjaan yang bisa menjadi rumah kedua, pekerjaan yang membuat saya selalu antusias untuk bekerja, entah karena lingkungannya, atasannya, atau pekerjaan itu sendiri,” pungkasnya.