TEMPO.CO, Jakarta - Batok atau tempurung kelapa itu terasa hangat saat dipegang. Ternyata batok itu hanya wadah. Di dalamnya ada burger, maka disebut Burger Batok. Penyajian burger yang tak lazim menjadi ciri khas kedai Burger Batok di kawasan Waroeng Taman, Duren Sawit, Jakarta Timur, seberang sungai Kalimalang.
Perbedaan burger di kedai ini dengan burger kebanyakan adalah penggunaan irisan kol sebagai pengganti daun selada air. Selain itu, menurut pengelola kedai, Arif Dwi Feri Atmaji, patty atau daging olahan yang menjadi isi burger dibuat sendiri oleh chef sekaligus pemilik kedai, Agung Kudus Nurcahyono. Burger disiapkan di pabrik yang terpisah dengan kedai. "Di sini hanya menghangatkan dan menyajikan," ujar Arif.
Daging bakar burger ini rasanya agak manis. Hal itu lantaran, setelah diolesi saus barbecue, ditambah mayonnaise dan parutan keju. Seorang pengunjung, Rahmawati, mengatakan rasa keju burger itu tidak kalah oleh burger yang disajikan oleh kedai burger terkenal. Namun Burger Batok lebih unik karena beberapa bahan baku identik dengan bahan makanan Indonesia. "Unik tapi rasanya tetap enak seperti burger lain," katanya saat ditemui di kedai itu, Rabu lalu.
Menurut Arif, kedai ini memang tercipta dengan tekad melestarikan budaya Indonesia. Meski ada menunya yang berasal dari Barat, kedai ini menyajikannya dengan bahan baku Indonesia. Nah, khusus tentang burger, semangat nasionalisme tampak pada tag line kedai ini, yang bunyinya "Think Globally Burger Locally".
Kedai yang dibuka sejak 7 Maret tiga tahun lalu ini juga menyajikan menu lain yang diberi nama unik tapi lazim didengar masyarakat bawah. Misalnya Mie Ningrat, Nasi Goreng Rakyat, dan Kopi Kuwalat. Selain Burger Batok, Mie Ningrat merupakan menu favorit kedai ini. "Banyak yang memesan," kata Arif.
Tak ada yang istimewa dari penampilan mi ini. Terbuat dari mi telur, mi ini disajikan di atas pinggan panas. Menurut Arif, Mie Ningrat dibuat seperti lazimnya mi goreng ala Jawa. Disebut ningrat karena dihidangkan di atas hot plate. "Filosofinya mi telur ini naik pangkat, yang biasanya dihidangkan di atas piring sekarang di atas hot plate," katanya.
Rasa Mie Ningrat mirip mi Jawa, tapi rasa asinnya lebih kuat. Rasa yang lebih enak ada pada menu Sup Keling. Asam-manis-pedas terasa pada kuahnya. Sup Keling berisi daging dari sayap ayam yang dibakar. Selain itu, kuahnya berisi kacang kapri, buncis, jagung, dan tomat yang diiris kecil-kecil. Dari sekian rasa yang "pelangi", rasa manis lebih kuat ketimbang lainnya. "Ini menandakan resep Jawa yang suka dengan rasa manis," kata Arif.
Minuman juga bernama unik. Bir plethok salah satunya, yang mengadaptasi nama minuman khas Betawi. Meski bernama bir, minuman ini bebas alkohol. Bahan baku minuman berasal dari jahe, air gula jawa, dicampur es krim vanila dan sedikit taburan cokelat mesis. Minuman ini sedikit berbeda dengan bir pletok Betawi, yang menggunakan campuran rempah dan kayu secang serupa dengan wedang secang khas Jawa.
Jahe, yang lebih enak dihidangkan hangat, kali ini disajikan bersama es. Jika menyeruput air tanpa mengaduk, yang dirasakan adalah rasa jahe bercampur manis. Namun, jika ingin merasakan yang lebih beragam, aduk yang kuat hingga es krim lebih larut.
Campuran bahan itu mengubah rasa bir pletok sedikit seperti soda gembira. Rasa jahe mulai berkurang tergantikan oleh krim. Kriuk akan terasa saat menyeruput cokelat mesis. Minuman lainnya adalah Kopi Kuwalat, Teh Poci Mbaurekso, dan beberapa aneka soda yang diberi nama tokoh punakawan.
Kedai Burger Batok merupakan salah satu dari empat kedai di kawasan Waroeng Taman. Interiornya menggambarkan kesan Jawa yang kuat. Ada gambar toko punakawan, yaitu Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong, serta beberapa foto yang gambarnya orang mengenakan adat Jawa.
Kesan Jawa juga terlihat pada tempat duduk, menggunakan kayu dan meja kayu khas ukiran Jawa. Di sini juga disediakan tempat lesehan dan meja bundar berpayung. Menurut Arif, kedai Burger Batok tempat berkumpulnya kelompok penggowes.