TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum kasus First Travel, Anniesa Hasibuan dikenal sebagai penyelenggara fashion busana muslim yang menggelar peragaannya di berbagai tempat terkenal. Seperti New York Fashion Week, Fashion Show London, dan Jakarta Fashion Week.
Kasus yang terjadi pada Anniesa Hasibuan, menjadi pelajaran banyak desainer yang akan menggelar peragaan busana di negara asing. Kanaya Tabitha, misalnya, yang kini bereran sebagai Art Director dan Produser dalam show tunggalnya di Crown Plaza Hotel, Times Squeare, New York, 10 Sepetember 2017, “Saya ga mau buang uang yang sok-sok, lebih penting itu ada pesan yang disampaikan,” ungkapnya yang untuk acara tersebut menggandeng desainer dari House of Woven NTT, Julie Laiskodat.
Kanaya Tabitha yang kini sedang menyelesaikan kuliah S2 nya di Bidang Social Science di Universitas Harvard, ini akan menggelar peragaan busana rancangan Jullie Laiskodat di New York Couture Fashion Week Spring/Summer 2018. Baca: Tetap Bugar Meski Sibuk Kerja dan Sekolah? Ini Tip Kanaya Tabitha
Pesan sosial itulah yang membuat seorang Kanaya Tabitha turun gunung menggelar Fashion show tahun ini. Sebelumnya, sudah 4 tahun ini Kanaya sibuk dengan aktivitas sosialnya di Rumah Pandai terang yang didirikannya 4 tahun lalu. Dalam perjalanannya itu, Kanaya menyaksikan nasib para penenun perempuan yang masih berjuang untuk anak-anaknya. Di sisi lain, Julie yang kini menjadi partnernya juga punya misi untuk mensosialisasikan kain tenu NTT menjadi budaya sehari-hari, bukan pada acara tertentu saja. “Sekarang saya hanya mau kreasi kalau ada message sosialnya,” ungkap Kanaya pada TEMPO, Kamis 24 Agustus, di Batik Tenun LeViCo.
“Kalau kain dijual tanpa pesan, akan menjadi biasa aja. Sudah terbukti! Tetapi kalau kain dijual dengan sebuah pesan, orang yang pakai akan menjadi lebih sayang,” ujar Kanaya.
Lalu, pesan apa yang ingin disampaikan Kanaya melalui koleksi yang akan digelar di New York Couture Fashion Week Spring/Summer 2018, 10 September 2017 ?
“Pesan yang kami ingin sampaikan adalah cerita-cerita mengenai penenun itu. Tentang kehidupannya, tentang budayanya, Misalnya kalau tidak bisa bertenun belum boleh kawin. Ini kan pesan-pesan yang kalau disampaikan orang luar akan menarik perhatian mereka,” ujar Kanaya. Dengan pesan ini, Kanaya juga berharap orang asing akan membeli tenun-tenun tersebut dan mengembangkan sumber penghasilan para penenun. Baca: Kanaya Tabitha Turun Gunung, dari NTT ke NewYork
Kanaya Tabitha juga telah melakukan perhitungan untuk New York Fashion Week yang diikuti Anniesa Hasibuan waktu itu, namun dia tahu kalau untuk melakukan peragaan busana disana, pasti akan mengeluarkan uang setidaknya USD 58.000. “Akukan orang sosial, daripada bayar segitu banyak mending bikin Rumah Pandai lagi,” lanjut Kanaya yang yakin kalau peragaan busana ini akan sukses, karena pesan yang akan disampaikannya.
ASTARI PINASTHIKA SAROSA | SUSAN