Alamanda Shantika Santoso yang lahir pada 12 Mei 1988 itu mengaku tertarik pada ranah teknologi sejak usia 11 tahun.
"Dikasih komputer bukannya dinyalain dulu, tapi saya bongkar dulu, sampai motherboard terkecil tahu," kata Ala. (baca: 7 Makanan Kunci Saat Energi Merosot)
"Saya suka art juga, suka menggambar," sambung dia. Saat itu, alumnus Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara ini menyadari bahwa dia harus belajar coding, sementara pada waktu itu sumber literatur mengenai pembelajaran bahasa pemograman tersebut di Indonesia masih sangat sedikit.
"Ada sepupu saya yang lama tinggal di London mengajarkan coding," ujar Ala.
Sebelum bergabung dengan Gojek, Ala bekerja di dunia perbankan. Dia mengaku sempat bingung ketika bos Gojek Nadiem Makarim "melamar" dia untuk ikut serta membesarkan Gojek.
Dia mengatakan, kekhawatiran untuk terjun ke dunia startup juga dirasakan ibundanya kala itu.
"Waktu itu sudah enak banget. Kemudian, ibu saya ajak ke rumah Gojek yang sudah mau ambruk. Ibu sempat tanya. 'Beneran kamu mau ngurusin tukang ojek?'", kenang Ala.
Ala bahkan mengaku sempat ingin menolak "pinangan" Nadiem. Namun, Nadiem meyakinkan Ala dengan perkataannya yang masih dia ingat hingga saat ini, "Di Gojek bukan menghidupi diri sendiri, tapi ratusan ribu orang di sana yang membutuhkan."
Perempuan berkacamata itu akhirnya bergabung dengan Gojek. "Untungnya keluarga sangat open-minded," kata Ala. (baca: Jangan Selfie Dekat Unta, Mers-COV Mengintai, Apa Itu?)
"Setelah Gojek berjalan satu tahun Ibu WhatsApp, "we are proud of you"," lanjut dia.
Prinsip inilah yang kemudian dia bawa ke Binar Academy. "Bukan yang penting dapat gaji, tapi ada tujuan saat melangkah ke kantor," ujar Ala.
Pesan ini juga yang ingin dia sampaikan Ala kepada anak-anak muda generasi Y. "Kamu (Gen Y) harus benar-benar tahu alasan kamu melakukan sesuatu, selalu awali dengan "why?", dan yakin sama diri kamu sendiri."
ANTARA