TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial kini heboh dengan meme The power of emak - emak yang memperlihatkan besarnya kekuasaan sampai perilaku kaum ibu yang bikin orang lain jengkel. Contoh, seorang ibu menyerang petugas Bantuan Kendali Operasi dari Polda Metro Jaya karena tidak terima ditilang atau sekelompok ibu di Madiun, Jawa Timur, membubarkan konvoi kelulusan anak SMA.
Bahkan ada meme yang menggambarkan buaya sampai mundur saat menghadapi ibu-ibu yang membawa sandal di tangannya. Semua meme itu viral. Sepintas mungkin jadi humor karena seorang ibu yang biasanya digambarkan lemah lembut dan penyayang belakangan menjelma menjadi sosok perkasa, berkuasa, sampai agresif.
Psikolog dari Pusat Informasi dan Rumah Konsultasi Tiga Generasi, Anna Margaretha Dauhan menjelaskan secara psikologis seorang ibu memiliki kekuatan tertentu, terutama jika berhubungan dengan anak dan keluarga. Dorongan untuk melindungi membuat seorang ibu bersedia melakukan apa saja.
Meme the power of emak-emak. instagram.com
“Di beberapa negara, ibu-ibu yang berdemonstrasi untuk memperjuangkan sesuatu terbukti bisa menjadi gerakan massa yang memicu perubahan positif di masyarakat," katanya. Misalnya, gerakan ibu di Argentina memprotes anak-anak mereka yang hilang karena rezim politik, berhasil menggulingkan pemerintah yang dinilai korup. Aspek nekat dari ibu-ibu di sana mirip dengan fenomena ‘the power of emak-emak’ yang marak terjadi di Indonesia, salah satunya ketika para perempuan itu membubarkan konvoi kelulusan siswa SMA.
Baca Juga:
Selain faktor kekuatan alami yang ada dalam sosok ibu, tingkat pendidikan turut mempengaruhi respons mereka dalam menghadapi sesuatu. Menurut Anna, terbatasnya wawasan seseorang berdampak pada ketidakpedulian sehingga mereka tidak menyadari ada risiko yang akan diterima ketika melakukan perbuatan buruk. Dalam kasus “the power of emak-emak”, ibu-ibu mungkin melakukan tindakan nekat bukan karena ingin melindungi seseorang, tapi semata karena tidak sadar akan bahaya dan risiko dari perbuatan mereka.
Jika menilik beberapa meme atau video yang menunjukkan sepak terjang ibu-ibu terutama ketika berada di jalan, kebanyakan dari kita beranggapan ibu-ibu itu menyebalkan. Namun dalam beberapa kasus, “the power of emak-emak” tidak melulu menyebalkan. Misalnya, gambar seorang ibu membawa banyak barang dagangan di kendaraan roda dua. Meski melanggar aturan, cara itu dilakukan demi menyokong ekonomi keluarga.
Menurut Anna, penilaian seseorang terhadap ibu tergantung pengalaman pribadi. Ketika seseorang memiliki pengalaman negatif bersama ibu, maka pandangan terhadap ibu-ibu yang lain bakal cenderung negatif. Ia menilai emak-emak itu menjengkelkan, tidak pernah salah, gemar melabrak, dan seterusnya. Jika seseorang memiliki pengalaman positif bersama ibu, maka penilaian terhadap perilaku ibu-ibu bisa menjadi lebih netral.
Lantas bagaimana kita harus bersikap jika bertemu emak-emak yang menyebalkan, misalnya berkendara ugal-ugalan atau menyalip antrean?
"Kalau memang melanggar, perlu ditilang dan diberi hukuman yang sesuai. Di sini, petugas berperan penting untuk memberikan efek jera," kata Anna. "Jangan mudah kasihan dan jangan menyerah karena kecerewetan atau kegalakan ibu-ibu yang tidak terima hukuman itu."
Anna menambahkan, mekanisme memberi hukuman biasanya dapat mengubah perilaku ibu-ibu yang nekat itu walau butuh waktu yang tidak sebentar. “Biasanya, itu akan membuat seseorang malu jika hendak melakukan kesalahan pada masa mendatang,” ujarnya.
Artikel lainnya:
Sering Bicara Sendiri, Aneh atau Wajar
Punya Suami Tampan, Risikonya Si Isteri Rendah Diri?
Tak Perlu Merasa Bersalah atas 3 Hal Ini, Apalagi Minta Maaf