Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kapan Kualitas Sperma Bagus dan Siap Mental Jadi Ayah

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi pria bermain dengan anak-anak. nspcc.org.uk
Ilustrasi pria bermain dengan anak-anak. nspcc.org.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan dan laki-laki memiliki ukuran kematangan fisik untuk membangun ikatan keluarga dan menjadi seorang ibu atau ayah. Keduanya harus menyadari kalau usia jelas mempengaruhi tingkat kesuburan dan kesiapan mental sebelum punya anak.

Profesor bidang Urologi dan Reproduksi di Weil Cornell Medical College,  Harry Fisch, M.D., mengatakan wanita yang memiliki pasangan berusia di atas 40 tahun, umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk hamil. "Tapi wanita yang usia pasangannya sekitar 25 tahun, akan hamil lebih cepat hamil," katanya.

Sebab, kualitas sperma terus menurun sebesar 1 persen setiap tahun setelah pria berusia 30 tahun. Artinya, pria tersebut memang tetap menghasilkan sperma namun kualitasnya tidak sebagus sebelum 30 tahun.

Di umur 35 tahun, motilitas atau kecepatan pergerakan sperma juga menurun. Kesehatan dan gerak sperma dalam kondisi prima sebelum berumur 25 tahun. Kualitasnya berada ke titik terendah setelah usia 55 tahun. Pada saat itu, pria kehilangan daya reproduksi mereka hampir 50 persen.

Kendati pria memiliki kualitas, motilitas, dan energi seksual yang tinggi pada usia 22 sampai 25 tahun, pada masa itu umumnya kondisi mentalitas lelaki belum sepenuhnya siap untuk berkeluarga. Jadi, antara usia 28-30 tahun bisa dikatakan waktu terbaik bagi seorang pria untuk menjadi ayah.

Bagaimana dengan lelaki yang sudah menikah sebelum berumur 20 tahun? Usia 15-19 tahun merupakan tahap awal produksi sperma. Jadi pada umur tersebut, sperma sudah bisa membuahi sel telur. Namun demikian, perlu diperhatikan kondisi mentalnya karena pada usia tersebut lelaki masih cenderung labil.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengutip penelitian dari Sinai School of Medicine, lelaki yang bereproduksi di usia 30-an, anaknya berpotensi 1,5 kali lebih besar terkena autistik. Peluang ini lebih tinggi empat kali lipat jika pria tersebut punya anak di usia 40-an.

Sementara itu, peluang anak terkena schizophrenia menjadi dua kali lipat saat ayahnya berumur 40 tahu dan menjadi tiga kali lipat pada lelaki berusia 50 tahun. Dan sebuah studi yang dilakukan University of California di Los Angeles pada 2005 menunjukkan bayi yang lahir dari ayah berusia 50 tahun dan ibunya berusia sekitar 35 tahun berisiko empat kali lipat terkena down syndrome. Meski berbagai penelitian menyebutkan risiko tadi, perlu diingat kalau kondisi setiap pria berbeda dan banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi.

BOLDSKY | MENS HEALTH | DINA ANDRIANI | RINI K

Berita lainnya:

Ingin Berat Badan Ideal, Dokter: Jangan Pantang Nasi

Tyas Mirasih Menikah dengan Teman Dekat, Apa Plus Minusnya
Kate Middleton Sebut Panggilan Kocak George ke Ratu Elizabeth

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Hanya untuk Tulang, Vitamin D Juga Penting untuk Kesehatan Reproduksi

10 hari lalu

Ilustrasi wanita hamil dan suaminya. Freepik.com/Drobotdean
Tak Hanya untuk Tulang, Vitamin D Juga Penting untuk Kesehatan Reproduksi

Vitamin D bukan hanya dibutuhkan untuk kesehatan tulang namun juga kesehatan reproduksi, baik pria maupun wanita.


Pentingnya Peran Bidan dalam Mengawal Kesehatan Calon Ibu

35 hari lalu

Ilustrasi melahirkan. Shutterstock
Pentingnya Peran Bidan dalam Mengawal Kesehatan Calon Ibu

Bidan berperan penting dalam mengawal kesehatan reproduksi calon pengantin untuk mengantisipasi dan mencegah gangguan pada ibu hamil.


UNFPA Organisasi di Bawah PBB Bidang Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi, Apa yang Dihadapi Indonesia?

38 hari lalu

Warga beraktivitas di kawasan Kebon Melati, Jakarta, Kamis, 17 Februari 2022. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menargetkan penurunan kemiskinan ekstrem mencapai tiga juta penduduk pada tahun 2023 mendatang. ANTARA/Asprilla Dwi Adha
UNFPA Organisasi di Bawah PBB Bidang Kependudukan dan Kesehatan Reproduksi, Apa yang Dihadapi Indonesia?

Melalui berbagai inisiatif, UNFPA berupaya meningkatkan akses terhadap layanan kontrasepsi, perawatan prenatal, dan persalinan yang aman.


Respons Muhammadiyah Soal Jokowi Teken Kebijakan Penyediaan Alat Kontrasepsi Bagi Remaja

38 hari lalu

Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti. Muhammadiyah.or.id
Respons Muhammadiyah Soal Jokowi Teken Kebijakan Penyediaan Alat Kontrasepsi Bagi Remaja

PP Muhammadiyah menanggapi kebijakan Jokowi keluarkan PP soal pengadaan alat kontrasepsi bagi remaja dan anak usia sekolah.


Kontroversi PP Nomor 28/2024 Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi Bagi Anak Usia Sekolah dan Remaja, Begini Bunyinya

41 hari lalu

Ilustrasi alat KB atau kontrasepsi (Freepik)
Kontroversi PP Nomor 28/2024 Pasal Penyediaan Alat Kontrasepsi Bagi Anak Usia Sekolah dan Remaja, Begini Bunyinya

Penyediaan alat kontrasepsi bagi anak sekolah dan remaja terdapat dalam PP Nomor 28/2024 , begini bunyinya?


Cegah Kematian Ibu dan Anak, Alat Kontrasepsi Diberikan pada Remaja yang Sudah Menikah

42 hari lalu

Ilustrasi alat KB atau kontrasepsi (Freepik)
Cegah Kematian Ibu dan Anak, Alat Kontrasepsi Diberikan pada Remaja yang Sudah Menikah

Pemberian alat kontrasepsi untuk remaja yang sudah menikah dilakukan demi menjaga kesehatan calon ibu


Penelitian Ungkap Dampak Positif Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) pada Remaja

1 Juli 2024

Foto ilustrasi dok. Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI).
Penelitian Ungkap Dampak Positif Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) pada Remaja

Penelitian Global Early Adolescent Study atau GEAS membuktikan, kurikulum Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas (PKRS) komprehensif bernama SETARA (Semangat Dunia Remaja) di kalangan remaja, sukses menciptakan dampak positif yang signifikan.


Kesehatan Reproduksi Wanita, Kenali Penyakit Polycistic Ovary Syndrome atau PCOS

13 Juni 2024

Ilustrasi-Ketika kanker ovarium masih dalam tahap awal, yaitu ketika kanker masih terbatas pada ovarium, ada kemungkinan besar untuk berhasil diobati, kata seorang spesialis onkologi. (ANTARA/Shutterstock/mi_viri)
Kesehatan Reproduksi Wanita, Kenali Penyakit Polycistic Ovary Syndrome atau PCOS

Ihwal kesehatan reproduksi wanita, PCOS atau Polycystic Ovary Syndrome adalah kondisi hormonal pada wanita yang berkaitan dengan insulin dan hormon.


Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

11 Maret 2024

Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Ayodhia G.L Kalake menyerahkan cenderamata kepada Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy di acara Program Edukasi & Intervensi Stunting dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan, di Kupang, NTT, Kamis, 7 Maret 2024/Istimewa
Stunting Jadi Masalah Bersama, Edukasi Antar Pihak Harus Dilakukan

Stunting masih menjadi masalah bersama. Perlu kolaborasi antar pihak untuk menyelesaikan stunting yang masih jadi perhatian.


Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

8 Maret 2024

Deteksi Endometriosis Melalui Darah
Alasan Endometriosis Disebut sebagai Penyakit Perkotaan

Penelitian di Eropa menunjukkan naiknya kasus endometriosis banyak terjadi di kota karena pengaruh polusi udara yang tinggi.