TEMPO.CO, Jakarta - Kolesterol adalah kata-kata yang sangat ditakuti banyak orang saat Lebaran. Berbagai makanan khas Idul Fitri di Indonesia biasanya mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi karena dominasi santan hampir di setiap menu.
Sebenarnya, kuncinya pada saat Lebaran kita harus mampu mengontrol makanan yang dikonsumsi. Sebab, terlalu berlebihan bisa menjadi faktor utama naiknya kolesterol, terutama bagi mereka yang sudah tahu mengidap kolesterol tinggi.
Kolesterol merupakan zat lemak yang disebut sebagai lipid dan berperan penting untuk menjaga tubuh tetap berfungsi normal. Kolesterol diproduksi di dalam hati dan juga dapat diperoleh dari beberapa jenis makanan yang dikonsumsi. Baca: Lebaran, Ada Seleb Penggila Nastar dan Pakai Baju Seragam
Dalam sebuah wawancara dengan bisnis.com beberapa waktu lalu, internis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam, menjelaskan soal peredaran kolesterol dalam tubuh. Menurutnya, kolesterol beredar dalam darah dengan bantuan protein.
Ketika keduanya sudah bergabung, terbentuklah lipoprotein yang terbagi amenjadi kolesterol jahat atau low density lipoprotein / LDL serta kolesterol baik atau high density lipoprotein / HDL, yang dapat melarutkan kolesterol jahat.
Berlebihnya kadar kolesterol di dalam darah atau hiperlipidemia dapat berdampak buruk pada kesehatan. Bahkan, penderita biasanya tidak menyadari dalam tubuhnya sedang mengalami kadar kolesterol tinggi yang berbahaya. “Kalau kadar kolesterol dalam darah sudah melebihi batas normal ( 150 - 200 mg ), sebaiknya mulai waspada dan mengatur pola makan,” katanya.
Yang lebih dianjurkan adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati dan memperbanyak sayur serta buah. Beberapa jenis asupan yang menjadi sumber lemak nabati di antaranya adalah avokad, kenari, kedelai, makadamia, dan tumbuhan laut. Baca juga: Lebaran, Krisdayanti Open House dengan 6 Menu Spesial
Utamakanlah mengkonsumsi makanan yang diproses dengan direbus dan dikukus. Kemudian, kurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti kuning telur, jeroan, dan makanan laut, semisal udang, kepiting, dan cumi-cumi, termasuk gorengan, santan, dan keju.
Spesialis jantung Dr. Vito A. Damay, Sp.JP menjelaskan, kondisi kadar kolesterol jahat yang tinggi sebenarnya tanpa gejala spesifik. “Walaupun masyarakat Indonesia umumnya berasumsi gejala kolesterol tinggi bisa dikenali lewat tanda seperti pusing pada bagian belakang kepala, pegal pada tengkuk dan pundak, serta nyeri pada dada bagian kiri seperti tertusuk,” ujar Dr. Vito, seperti dikutip dari Tabloidbintang.
Lima jenis makanan yang tinggi kadar kolesterol jahat atau LDL di antaranya kuning telur dengan 1.234 miligram kolesterol / 100 gram, telur ikan dengan 588 mg kolesterol / 100 gr, hati dengan 564 mg kolesterol / 100 gr, mentega dengan 215 mg kolesterol / 100 gr, dan udang dengan 588 mg kolesterol / 100 gr.
Sementara itu, Marya Haryono, spesialis gizi klinik di RSU Bunda mengatakan batas anjuran asupan kolesterol 200 gram per hari atau kurang lebih setara dengan satu kuning telur. Penderita kolesterol bisa saja tidak memiliki gejala jika kolesterol sedang tinggi, tetapi menjaga asupan makanan dan cek kesehatan langsung kepada dokter adalah cara yang paling aman.
Jaga agar tubuh tetap bugar dengan selalu mencukupi kebutuhan tidur dan berolah raga, sehingga stamina terus terpelihara. Sebelum beraktivitas, lakukan peregangan ringan di pagi hari. Berolah raga secara teratur terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol total dan meningkatkan kadar HDL, serta membantu membakar kolesterol atau lemak dalam tubuh menjadi energi.
PIPIT
Berita lainnya:
Lebaran : Trik agar Interior Lebih Baru dan Bersih
Tetap Cantik Saat Mudik? Jangan Lupa Tabir Surya
Mudik Lebaran, Tidur Selama Perjalanan Picu Diabetes