TEMPO.CO, Jakarta - Kata narsis sering disematkan kepada orang yang senang memuji diri sendiri atau melakukan swafoto. Kata narsis berasal dari bahasa Inggris narcissism yang artinya kecintaan terhadap diri sendiri. Dalam dunia psikologi, kecintaan terhadap diri sendiri yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan kepribadian, yang dikenal dengan istilah narsistik.
Narsistik selama ini sering diartikan dengan penyuka swafoto, padahal maknanya lebih luas dari sekadar penyuka swafoto. Seseorang dengan kepribadian narsistik akan melebih-lebihkan kemampuannya, status, kecerdasan, dan penampilannya yang sebenarnya tidak sebagus itu. Apa yang memicu gangguan kepribadian ini?
Seorang Neuropsikologis asal Florida, Amerika Serikat Rhonda Freeman Ph.D mengatakan narsisitik dilatarbelakangi oleh masalah pencitraan diri dan emosi dalam diri seseorang. Orang dengan gangguan ini melihat diri mereka sendiri dengan citra positif yang berlebihan, sehingga mereka percaya bahwa mereka unik dan lebih unggul dari orang lain. Akibatnya, seseorang haus akan pujian dan tidak memiliki empati terhadap orang lain.
Selain kurangnya empati terhadap orang lain, gangguan kepribadian narsistik dapat membuat seseorang merasa depresi, hingga marah tak terkontrol, akibat umpan balik dari lingkungan sekitar yang tidak sesuai harapan.
“Mereka (orang dengan kepribadian narsisitik) biasanya membutuhkan respon berupa pujian. Pujian yang diberikan orang lain merupakan hal penting untuk menambah harga diri dan menjadi acuan keberadaan mereka. Ketika mereka tidak mendapatkannya (pujian), bukan tidak mungkin mereka menjadi depresi, atau diliputi kemarahan. Hal itu tergantung pada jenis kepribadian dasar mereka (introver atau ekstrover),” ujar Rhonda.
Baca juga:
Mau Lebih Asyik? Puasa Gadget! Ini Penelitiannya
Persekusi, Tindakan yang Lebih dari Main Hakim Sendiri
Waktu Sekarang Terasa Lebih Cepat ketimbang Saat Kecil, Kenapa?