TEMPO.CO, Jakarta - Virus rubella atau campak Jerman dapat menyebabkan bayi lahir mati dan sindrom rubella bawaan (congenital rubella syndrome) pada janin. Sindrom ini menyebabkan kecacatan, di antaranya katarak, tuli, kelainan jantung, hati, dan paru-paru, serta keterlambatan tumbuh kembang. Tak ada antivirus yang bisa mengatasi rubella namun vaksin rubbela dapat mencegah cacat bawaan lahir pada bayi.
Di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, angka kematian bayi baru lahir (neonatal) adalah 19 dari 1.000 kelahiran hidup. Kelainan bawaan mempunyai kontribusi cukup besar sebagai penyebab kematian neonatal. Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007, ada 1,4 persen bayi baru lahir usia 0-6 hari dan 18,1 persen bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal karena kelainan bawaan. "Sebagian penyebabnya adalah rubella," ucap Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi.
Untuk mencegah kecacatan lebih banyak terjadi, pemerintah berencana memasukkan vaksin rubella ke program Imunisasi Dasar Lengkap mulai tahun ini. Vaksin tersebut akan diberikan kepada anak-anak mulai usia 9 bulan sampai 15 tahun. Vaksin rubella (R) ini akan dicampur dengan vaksin campak (measles/M), yang selama ini sudah masuk program imunisasi dasar. Sebagai tahap perkenalan, pemberian vaksin ini akan dilakukan di Pulau Jawa pada Agustus mendatang. "Dilanjutkan di seluruh Indonesia pada 2018," kata Jane.
Menurut dia, virus rubella menular antarmanusia dan bisa menyerang anak-anak serta orang dewasa. Gejalanya mirip campak, tapi jauh lebih ringan, seperti demam yang kurang dari 38,5 derajat celsius, ruam merah, radang selaput mata (konjungtivitis), dan mual. Pada orang dewasa, terutama perempuan, virus rubella juga memicu artritis dan nyeri sendi selama 3-10 hari.
Jika sudah terinfeksi, menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan Didi Danukusumo, tak ada antivirus yang bisa mengatasi rubella. Maka, bila sudah tahu terserang rubella, mau tak mau ibu hamil harus mempersiapkan mental untuk merawat anak yang lahir dengan kemungkinan cacat.
Tapi, masalahnya, belum semua wanita tahu tentang informasi rubella ini. Kebanyakan dari mereka tak melakukan pencegahan sebelumnya agar tak diserang rubella saat hamil. "Kita tidak akan mendapatkan anak cacat hanya dengan melakukan imunisasi sederhana," katanya.
Grace Melia, salah satu orang tua yang anaknya menderita sindrom rubella bawaan, mengatakan, selain melindungi anak yang divaksin, imunisasi akan membantu melindungi ibu hamil. Sebab, sebagian ibu hamil yang menderita rubella tertular dari anak yang dekat dengannya. "Ada teman saya, guru, yang tertular oleh muridnya," tutur pendiri Rumah Ramah Rubella ini.
Karena imunisasi ini program pemerintah, orang tua tak perlu mengeluarkan biaya. Selain karena tidak tahu, kata dia, banyak orang enggan divaksin karena urusan dana. "Vaksin rubella mahal. Kalau gratis, alhamdulillah," ujarnya.
NUR ALFIYAH
Berita lainnya:
9 Etika Menjenguk Bayi Baru Lahir
Menilik Alasan Seseorang Menikah Lagi di Usia Senja
Sukses tapi Hidup Tak Tenang, Bagaimana Mengatasinya