TEMPO.CO, Jakarta - Dian Sastro menyelami pemikiran Raden Ajeng Kartini sebelum berperan sebagai Kartini dalam film. Menurut Dian, Kartini berhasil mendobrak tradisi yang dianggap kontraproduktif dan melanggengkan budaya feodalisme di Tanah Jawa.
"Banyak sekali pakem Jawa yang dikritik oleh Kartini," kata Dian Sastro di acara "Panggung Para Perempuan Kartini" di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Selasa 11 April 2017. Melalui berbagai referensi, Dian mengetahui di zaman Kartini, para bangsawan selalu mendapat upeti dari rakyat jelata dan harus selalu disembah. (Baca: Dian Sastro Menjawab Tantangan Menjadi Cantik)
Jika tradisi itu dilanggengkan, maka, menurut Dian Sastro, sama dengan mempertahankan budaya feodalisme. "Kenapa mereka (bangsawan dan pemimipin) harus disembah-sembah kayak Tuhan," kata Dian. "Sama sekali enggak terlalu penting dan bikin capek saja."
Dian Sastro kemudian mengenang bagaimana dia memperingati Hari Kartini saat masih bersekolah yang diisi dengan pawai busana daerah. "Sekarang karena sudah tidak bersekolah, tidak ada pawai baju daerah lagi," katanya. "Sekarang sudah jadi kaum pekerja, paling pakai baju kebaya tapi kasual saja." (Baca juga: Tempo Gelar Pameran Mural dan Instalasi Memperingati Kartini)
MARIA FRANSISCA
Berita lainnya:
Jahe, Manfaatnya Meredakan Dengkuran
Cantiknya Caca Tengker dengan Kebaya Karya Barli Asmara
Norwegia Negara Paling Sehat, Apa yang Dikonsumsi Warganya