TEMPO.CO, Jakarta - Pernah dengar pepatah "Tinggal sebentar di mulut tapi selamanya di perut?" Maknanya tentu saja, makanan yang hanya beberapa saat berada di mulut tapi bakal berdampak lama di perut, yakni mengganggu metabolisme sampai menumpuk lemak di perut.
Sebelumnya, orang terlalu mempercayai anggapan naik turunnya berat badan tergantung jumlah kalori yang diasup tubuh dan berapa yang dibakar. Penelitian yang terus bermunculan mulai menyangkal anggapan itu karena menganggap tak semua jumlah kalori yang sama akan berdampak sama pula bagi tubuh.
Baca juga:
Contohnya, 100 kalori yang didapat dari minuman bersoda akan berbeda kerjanya di tubuh dibanding 100 kalori yang berasal dari brokoli. Berikut enam makanan yang jumlah kalorinya harus diwaspadai dan diklaim langsung mengacak-acak metabolisme langsung setelah dimakan, seperti dilansir Fox News.
1. Soda
Salah satu alasan kenapa minuman bersoda itu sangat buruk tentu saja kandungan gulanya yang berupa pemanis buatan tinggi fruktosa (HFCS) dan berharga murah. Sebuah penelitian yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition lebih jauh menerangkan tentang hubungan antara HFCS dengan obesitas. HFCS bisa menyebabkan kegemukan karena dampak negatifnya pada metabolisme. Mengkonsumsi HFCS bisa menyebabkan sindrom metabolik yang biasanya diisi dengan faktor risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Karena itulah minum segelas soda bisa langsung merusak metabolisme.
2. Margarin
Produk-produk dengan lemak trans kini makin jarang dijual di pasaran tapi tetap saja bisa ditemukan pada margarin dan makanan seperti roti dan kue. Lemak trans pada margarin berbahaya buat metabolisme karena bisa menyebabkan kekebalan insulin, kondisi di mana tubuh tak bisa menggunakan insulin dengan semestinya. Insulin adalah hormon yang digunakan dalam mencerna lemak dan karbohidrat dan resisten insulin menyebabkan metabolisme lebih lambat dan berat badan bertambah, terutama di sekitar perut, karena tubuh jadi lebih mudah menyimpan lemak.
3. Roti terigu
Roti yang terbuat dari terigu dan berwarna putih dan berbagai makanan karbohidrat sederhana lain sangat mudah dicerna oleh tubuh karena serat, yang bisa memperlambat proses pencernaan, telah terbuang selama proses pembuatan. Tubuh jadi tak perlu membakar kalori ekstra untuk menghancurkan makanan yang begitu mudah dicerna itu dan membuat proses metabolisme bekerja dengan lebih lambat. Makanan yang tinggi serat, seperti roti gandum, mempercepat proses metabolisme karena kerja ekstra yang dibutuhkan untuk menghancurkan serat yang sulit dicerna.
4. Daging sapi ternak
Daging sapi yang dipelihara khusus di peternakan juga bisa merusak metabolisme. Hewan-hewan itu biasanya diberi antibiotik selama diternak, berbeda dengan sapi yang hidup alami dengan makanan rumput dari belukar atau padang. Selama bertahun-tahun, kita tak pernah menyadari dampak antibiotik itu bagi kesehatan. Sebuah penelitian yang dimuat di Front Public Health menjelaskan bahaya antibiotik terhadap bakteri baik di dalam usus. Berkurangnya jumlah bakteri baik itu menyebabkan naiknya berat badan karena berpengaruh terhadap proses pencernaan. Bila ingin makan daging sapi, pilihlah yang dipelihara secara alami dan bukan sengaja diternak.
5. Apel nonorganik
Buah-buahan organik memang lebih mahal. Sebuah penelitian di Journal of Medical Toxicology menjelaskan dampak racun pestisida dari buah-buahan dan sayuran pada tikus percobaan yang menyebabkan perubahan pada kerja metabolisme dan menyebabkan berat badan naik. Untuk mengurangi dampak racun dari pestisida itu, cucilah buah dan sayuran dengan bersih sebelum dimakan.
6. Minyak sayur atau kanola
Meski sebelumnya minyak kanola sempat diklaim sebagai makanan sehat, faktanya justru sebaliknya. Minyak ini adalah sumber asam lemak omega-6 yang bisa menyebabkan metabolisme melambat. Sebuah tulisan di jurnal Nutrients juga menyebutkan bahwa asam lemak omega-6 bisa menyebabkan kekebalan insulin dan leptin. Leptin adalah hormon yang akan memberi tahu bila kita sudah kenyang dan bila kita kebal terhadap leptin, maka rasanya tak akan pernah kenyang. Untuk membatasi asupan asam lemak omega-6, ganti minyak sayur dengan minyak zaitun.
PIPIT
Baca juga:
4 Alasan Terburuk untuk Berhenti Kerja
Membaca Kepribadian Lewat Tulisan Tangan
Bunda, Kenali Iklan Susu Formula yang Menyesatkan