TEMPO.CO, Jakarta - Masa kanak-kanak adalah masa pembelajaran. Si kecil harus berusaha berulang kali hingga menguasai keahlian tertentu. Tapi, terkadang kegagalan ini tidak mudah diterima sebagian anak. Mereka akan frustrasi bahkan mulai membenci diri sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, orang tua disarankan untuk menunjukkan empati kepada anak, misalnya dengan berkata, "enggak apa-apa kalau kamu merasa kecewa." Dengan menunjukkan empati, anak sadar bahwa menunjukkan perasaannya merupakan hal yang normal. Akhirnya, ia akan termotivasi untuk memperlakukan dirinya sendiri dengan empati.
Setelahnya, dorong anak untuk terus mencoba hingga mahir. Ingatkan anak bahwa semua orang juga harus melewati tahap yang sama untuk bisa menguasai suatu keahlian seperti dilansir laman The Mother Company.
Coba respons anak dengan, "segala sesuatu yang sulit dilakukan, harus dilatih. Meski kamu gagal, tapi semua usaha kamu pasti membuahkan hasil."
Jangan sekali-kali memuji anak ketika ia sedang merasa kecewa. Anak akan merasa bahwa Anda tidak paham apa yang dirasakannya, akhirnya anak jadi semakin frustrasi.
Setelah anak berhasil menguasai keahlian tertentu, biarkan ia mengambil risiko yang "aman". Usahakan orang tua tidak ikut campur apalagi melarangnya. Sebagai orang tua renungkan apakah risiko yang diambil oleh anak akan membuatnya berkembang, mencoba hal baru, atau punya teman baru?. Jika jawabannya iya, Anda tidak punya alasan lain untuk melarang anak.
Berita lainnya:
Kiat Pilih Tas Ransel untuk Anak
Biarkan Anak Memilih Gayanya Sendiri
Daftar Zat Berbahaya dalam Makanan Sehari-hari