TEMPO.CO, Jakarta - Wilhelmina Mali Dappa, 42 tahun, semakin yakin akan jalan yang ia tempuh. Perempuan yang dulunya hanya mengerti menggarap sayur di lahan sewaan dan mengurus rumah tangga itu kini banyak berubah. Bukan hanya kemampuan bertaninya yang makin terasah, sekarang ia juga tahu potensi serta hak-hak yang harus diperjuangkan kaum perempuan di Sumba Barat Daya.
“Saya berkeinginan melihat perempuan Sumba maju, mampu berbicara. Jadi, tak hanya ada di dapur, sumur, dan kasur,” ujar Wilhelmina kepada Tempo, Selasa 20 Desember 2016. Dengan suara lantang dia mengisahkan satu per satu pengalamannya mengasah diri menjadi perempuan yang lebih berdaya.
Aktivitas Mama Mina—begitu ia biasa disapa--sebagai “petani-aktivis” dimulai dengan membentuk kelompok petani sayur bersama beberapa ibu tani yang kerap ia temui di ladang pada 2004. Mereka memulai kegiatan dengan arisan.
Pada 2007, perwakilan Dinas Pertanian setempat datang ke desanya memberikan penyuluhan pertanian. Saat itu, Dinas Pertanian memperkenalkan konsep koperasi simpan-pinjam. Mina ditunjuk sebagai pengurus koperasi sekaligus ketua kelompok tani.
Setahun berikutnya, Mina diikutkan dalam pelatihan pangan lokal di Sulawesi Selatan mewakili kecamatannya. Selama dua pekan ia mendapatkan materi mengenai pengolahan hasil pertanian. “Saya belajar mengolah jagung jadi tepung, dibuat ortila, kerupuk, dan mi. Semua ilmu itu saya latihkan kepada ibu-ibu di desa,” Mina memaparkan.
Pengalaman Mina makin kaya saat dia berkenalan dengan anggota Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) pada September 2012. Saat itu Mina diajak menghadiri pelatihan yang digagas KPI. Dari pelatihan itu, Mina mendapat banyak pemahaman baru mengenai keadilan gender dan perundang-undangan yang melindungi anak dan perempuan.
Tiga bulan kemudian, ia kembali dipertemukan dengan perwakilan KPI dari Jakarta saat mengikuti kegiatan sebuah yayasan di Hotel Tambolaka. Ketika itu Mama Mina menyatakan keinginannya bergabung dengan KPI. Ia ingin perempuan di desanya punya peran di ruang publik. “Di desa saya, perempuan tak punya andil sama sekali. Sulit bagi kami bisa ikut duduk membicarakan masalah dengan para laki-laki. Posisi paling tinggi dipanggil untuk memasak,” kata Mina.
Setelah terdaftar menjadi anggota KPI, bersama lembaga ini dia mengadakan pelatihan pendidikan dan pengkaderan dasar di Sumba Barat selama empat hari. Ada sekitar 30 orang yang ikut. Peserta pelatihan ini kemudian mendirikan balai perempuan.
Sembari terus mengelola ladang dan hasil pertanian, Mina menggerakkan kaum perempuan di desa untuk turut aktif dalam diskusi desa. Mina selalu menggaungkan pentingnya perempuan memahami peraturan dan Undang-Undang Desa. Selain itu, para perempuan diajari hal-hal penting dalam UU Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga, UU Perlindungan Anak, dan UU Pertanian.
Pendidikan yang dilakukan Mina terus berkembang. Kini jumlah balai ada 12 unit dengan anggota setiap balai rata-rata 30 orang. Bahkan ada dua balai yang masing-masing beranggotakan 60 orang. Mina sendiri mengetuai salah satu balai bernama Oledewa.
Kegiatan balai kini terentang luas. Antara lain anggotanya aktif menggerakkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Sejak Mei 2013, Sumba Barat Daya pun dijadikan salah satu cabang resmi Koalisi Perempuan Indonesia.
Mina masih punya banyak mimpi untuk perempuan-perempuan Sumba. Saat ini, bersama kelompok tani, ia tengah gencar menanam jagung lokal dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati.
Beberapa program ekonomi pun sudah dikembangkan, seperti membuat Kopi BOS (Bikinan Orang Sumba), virgin coconut oil, penjualan tenun, dan kerajinan tangan lainnya. Begitu pula dengan pelatihan pemakaian komputer dan pemanfaatan media sosial. “Mama-mama di Sumba sudah pintar cari uang dan pintar omong. Meski belum semua bisa baca-tulis, mereka sudah tahu cara menyampaikan pendapat,” katanya.
WILHELMINA MALI DAPPA
Tempat, tanggal lahir: Waitabula, Nusa Tenggara Timur, 24 Agustus 1974
Pendidikan: SMA 1 Waikabubak
Suami: Yohanes Umbu Deta (46 tahun)
Anak: 7 (3 putri, 4 putra, meninggal 1)
Jabatan:
- Sekretaris Cabang Koalisi Perempuan Indonesia, Kabupaten Sumba Barat Daya
- Ketua Kelompok Wanita Tani Ora et Labora
- Ketua Koperasi Wanita Oledewa
- Bendahara PKK Kecamatan
EFRI RITONGA | AISHA SHAIDRA | NUR RAMDAN | AKHYAR M. NUR
Berita lainnya:
Panduan Menjadi Ibu yang Baik
Olah Fisik Plank Sedang Naik Daun, Apa Itu?
Kiat untuk Menjaga Nyala Api Cinta Menurut Saran Ilmuwan