TEMPO.CO, Jakarta - Demi penampilan yang prima, banyak remaja putri menjalankan pola makan dengan ketat. Mereka menghitung asupan kalori bahkan sengaja melewatkan waktu makan. Namun kesadaran akan pemenuhan gizi dan nutrisi pada remaja putri ini masih minim.
Padahal kekurangan asupan nutrisi pada masa remaja dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius di kemudian hari. Salah satunya stunting atau perawakan pendek.
“Masalah gizi yang berpotensi muncul akibat kurangnya pemenuhan gizi remaja adalah stunting (perawakan pendek), defisiensi mikronutrien, khususnya anemia defisiensi zat besi serta masalah malnutrisi,” jelas Ahmad Syafiq, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dalam Konferensi Indonesia Bergizi (KIB) 2016 bersama JAPFA Foundation, di Jakarta.
Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), masa remaja dengan rentang usia 15-18 tahun merupakan fase awal kebutuhan nutrisi akan terbagi berdasarkan jenis kelamin. Pada fase ini, remaja putri memerlukan asupan gizi lebih banyak.
Lebih lanjut Ir. Ahmad Syafiq mengatakan, fokus kami saat ini adalah konsumsi gizi dalam bentuk protein hewani. Mengingat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia terbilang kurang.
“Kurangnya asupan protein secara konsisten pada masa remaja dapat berakibat pertumbuhan linear berkurang, keterlambatan maturasi seksual, serta berkurangnya akumulasi massa tubuh tanpa lemak,” kata Ahmad Syafiq.
Berkaitan dengan pemenuhan gizi remaja putri, Head of JAPFA Foundation Andi Prasetyo berharap KIB 2016 dapat mengatasi permasalahan gizi di Indonesia dan meningkatkan gizi masyarakat, khususnya remaja putri sebagai calon ibu di masa depan.
Berita lainnya:
10 Tanda Anak Bergizi Baik
Konflik Keluarga Picu Remaja Putri Lakukan Diet Ekstrim
Anemia pada Remaja Putri Berbahaya bagi Organ Reproduksi