TEMPO.CO, Jakarta - Setiap anak mempunyai potensi dan bakatnya sendiri. Tugas orang tua untuk mendukung minat dan bakat anak. Namun jangan memaksakan. Jika anak merasa gagal, dapat menurunkan rasa percaya diri, kehilanga minat, menderita gangguan sosial, gangguan fisik, maupun kehilangan harga diri.
Seto Mulyadi, pendidik dan pemerhati anak, mengatakan setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Ada yang berbakat di bidang seni, kreativitas, olahraga, dan ada pula yang berbakat di bidang akademis, seperti pintar matematika atau fisika. Menurut Kak Seto, orang tua harus bisa menghargai setiap bakat dan potensi anak.
"Sering kali mereka terdiskriminasi kalau matematikanya dapat nilai jelek. Padahal si anak pintar menyanyi," ujarnya. Kak Seto mengingatkan agar orang tua jangan sampai memaksakan bakat anak supaya mereka bisa tumbuh dengan percaya diri dan unggul di bidangnya masing-masing. Dia mencontohkan, pemain sepak bola Maradona tidak akan bisa unggul di bidang matematika karena keahliannya di bidang olahraga. Bila Maradona dipaksa belajar matematika, tentulah ia tidak akan pernah menjadi pemain sepak bola terkenal.
Sementara itu, A. Kassandra Putranto, psikolog anak dan keluarga, mengatakan banyak anak terjerat masalah narkoba atau tawuran. Salah satu faktor penyebabnya adalah mereka tidak bisa menemukan potensi dan dipaksa belajar sesuatu yang bukan minat mereka.
Kassandra menyarankan agar orang tua harus bisa membimbing serta mengarahkan bakat dan potensi anak. "Yang perlu diingat, jangan sampai memaksa. Itu artinya eksploitasi," ujarnya.
Ada satu kunci untuk mengukur apakah orang tua mengeksploitasi anak atau tidak dalam mendukung si kecil melakukan aktivitas pada bidang yang diminatinya. Kassandra mengingatkan, kuncinya adalah senyum anak jangan sampai hilang dari wajah mereka. Bila mereka tidak bisa lagi tersenyum atau kehilangan keceriaan, sebaiknya orang tua jangan lagi memaksa mereka.
Sekali lagi Kassandra menggarisbawahi bahwa peran orang tua sangat penting dalam mendukung minat dan bakat anak. Misalnya, bila anak memang tidak bisa menyanyi, mereka tidak perlu dipaksa menjadi penyanyi. "Sebab, jika si anak sampai gagal, bisa menimbulkan penurunan rasa percaya diri, hilang minat, gangguan sosial, gangguan fisik, maupun kehilangan harga diri," ujarnya.
Kassandra pun menyebutkan contoh kasus pada artis Shirley Temple, yang mengalami sindrom eksploitasi, yang mengakibatkan bunuh diri di usia lanjut. "Salah satu penyebab adalah Shirley merasa masa kejayaannya sebagai bintang kecil dulu adalah eksploitasi terselubung," kata dia.
Berita lainnya:
Ayah-Bunda, Berikanlah Anak Perhatian pada Saat yang Tepat
Seni Meningkatkan Potensi Anak
Masuk Usia 12 Tahun, Saat Tepat untuk Kenali Potensi Diri