TEMPO.CO, Jakarta - Meski bukan kebutuhan pokok, tak diragukan lagi, sebagian besar orang akan kesulitan bila bepergian tanpa membawa tas. Bagaimana membawa ponsel, dompet, kunci, buku, laptop, bedak, dan segala barang “wajib” itu tanpa tas?
Pada akhirnya, tas besarlah yang jadi pilihan bagi wanita aktif dengan mobilitas tinggi. Tren ini sebenarnya pertama kali muncul pada pertengahan 1990-an. Saat itu, generasi pertama ponsel persegi mulai populer sebagai alternatif komunikasi yang bisa dibawa ke mana saja. Akibatnya, wanita harus menambahkan beban seperempat kilogram dalam tasnya menjadi total 1,38 kilogram ke mana pun mereka pergi.
Beban ini meningkat seiring dengan semakin banyaknya teknologi yang dibawa kaum Hawa di tasnya. Pada 2007, sebuah penelitian di London menunjukkan rata-rata wanita membawa 3,5 kilogram setiap pergi dari rumah. Berat ini termasuk mini notebook 2 kilogram, ditambah ponsel, organiser elektronik, charger, dan MP3 player.
Penelitian dari Debenhams pada 2011 menunjukkan, rata-rata wanita masa kini membawa sekitar 1,5 kilogram dalam tasnya. Ini berkaitan dengan lahirnya generasi baru gawai (gadget) yang lebih kecil, lebih ringan, dan multifungsi, seperti iPhone dan BlackBerry, untuk menggantikan laptop berat dan ponsel. "Akhirnya beban para wanita berkurang berkat teknologi," kata Samantha Cameron, istri Perdana Menteri Inggris, kala penelitian itu dipublikasikan.
Penelitian itu juga menunjukkan alat tata rias, kaca, dompet, tisu, parfum, produk pembersih, sikat dan pasta gigi, buku alamat, serta pil sakit kepala adalah barang-barang wajib yang menemani gawai serba bisa dalam tas tangan wanita. Barang-barang lain yang juga sering muncul dalam penelitian tersebut, antara lain buku, majalah, kunci, dan deodoran.
Berita lainnya:
Bagian Tas yang Bikin Bakteri Nyaman Bersembunyi
Tas Belanja Trendi
Mengintip Tren Tas 2017