TEMPO.CO, Jakarta - Umumnya manusia merasa nyaman dengan lingkungan yang sama. Manusia tidak memilih pasangan mereka secara acak. Dia akan memilih orang-orang dengan ciri-ciri yang sama. Orang yang cerdas cenderung mencari pasangan yang mempunyai potensial kecerdasan dan pendidikan yang sama.
Penelitian University of East Anglia (UEA) mengatakan, orang yang memiliki gen cerdas cenderung untuk menikah, dan memiliki anak dengan orang-orang dengan DNA yang sama.
Seperti kita ketahui bahwa manusia menikah secara asortatif, artinya perkawinan dilakukan antar individu yang mempunyai perilaku atau karakteristik yang cocok. Dikaitkan dengan pendidikan menunjukkan, DNA mempengaruhi keputusan memilih dengan signifikan. Orang biasanya menikah dengan orang lain yang tingkat pendidikannya sama.
Peneliti yang dipimpin David Hugh-Jones dari UEA School of Economics, dan Abdel Abdellaoui dari Departemen Psikologi Biologi, VU University di Belanda ini berpendapat, bahwa hal ini dapat meningkatkan ketimpangan genetik dan sosial di generasi mendatang. Karena anak-anak dari pasangan yang menikah asortatif, secara genetik akan lebih banyak dari orang-orang yang menikah acak.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal Intelligence pada 29 Agustus 2016 ini menganalisa, apakah pernikahan asortatif berkaitan dengan tingkat pendidikan, dapat dideteksi melalui DNA. Responden terdiri atas 1.600 pasangan menikah di Inggris. Sampel diambil dari UK Household Longitudinal Study.
Hugh-Jones, dosen senior ekonomi, mengatakan: "Temuan kami menunjukkan bukti yang kuat bahwa genetik mempengaruhi pernikahan asortatif berkaitan dengan tingkat pendidikan di Inggris. Hal ini mempengaruhi perkembangan evolusi generasi yang akan datang.”
Masih lanjut Jones, kawin asortatif bersifat genetik berdasarkan status sosial-ekonomi, seperti pendidikan, meningkatkan variasi karakteristik genetik dalam populasi. Jika hal ini terus berlanjut, hal ini dapat meningkatkan kesenjangan sosial, seperti pendidikan atau penghasilan.
"Ketimpangan sosial tumbuh akibat timbulnya ketidaksetaraan biologis, ketidaksetaraan dalam masyarakat akan sulit mengatasi dampak kawin asortatif yang dapat terjadi pada setiap generasi," kata Jones lagi.
Para peneliti menemukan hubungan secara signifikan antara pendidikan dengan pasangan. Bahwa orang dengan genetik berpendidikan tinggi cenderung memiliki pasangan yang berpendidikan tinggi.
Mereka juga menemukan bahwa pasangan yang tinggal di daerah yang sama dan tingkat pendidikan yang sama, saling cocok. Dalam pernikahan asortatif, faktor genetik tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan.
MEDICALNEWSTODAY | DINA ANDRIANI
Baca juga:
Pasangan Hobi Mengatur, Sayang atau Ingin Mengendalikan?
6 Perkataan Pria yang Bikin Perempuan Kesal
Bila Si Dia Marah, Anda Harus Bagaimana?