TEMPO.CO, Jakarta - Sistem penggolongan darah ada yang berdasarkan faktor Rh atau rhesus dan sistem ABO. Di Indonesia, umumnya kita mengenal sistem ABO. Yakni, golongan darah A, B, AB, dan O.
Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasar ada atau tidaknya protein antigen D pada permukaan sel darah merah. Nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Sistem rhesus ini dibagi dua yakni rhesus positif dan rhesus negatif.
Nama Rhesus diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor protein antigen D pada 1940. Kali pertama, penelitian dilakukan oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya, mempunyai golongan darah Rh- (Rhesus Negatif). Sementara mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif).
Dalam sesi talk show “Mengenal Rhesus Negatif Pada Ibu Hamil dan Perkembangan Anak” di Rumah Sakit Bethesda Tangerang, mendesripsikan 5 fakta menarik tentang mereka yang memiliki rhesus negatif:
1. Rhesus negatif merupakan darah langka. Tak kurang dari 85 persen penduduk dunia punya faktor rhesus (Rh+) dalam darah. Sementara 15 persen sisanya memiliki faktor rhesus (Rh-). Rhesus negatif sering dijumpai pada orang-orang dengan ras Kaukasian (kulit putih).
2. Di Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah pemilik rhesus negatif kurang dari 1 persen penduduk atau hanya sekitar 1,2 juta orang.
3. Hampir dapat dipastikan perempuan dengan rhesus negatif memilik pasangan suami dengan rhesus positif. Saat hamil, ada potensi buah hati memiliki rhesus positif di dalam tubuh ibu (yang notabene rhesus-nya negatif). Yang terjadi kemudian, hadirnya janin dianggap sebagai “benda asing” dalam tubuh ibu. Ini dapat mengakibatkan kematian janin dalam rahim. Bila buah hati sukses dilahirkan, ia akan mengalami gangguan kesehatan seperti anemia, kuning, hati bengkak, hingga gagal jantung.
4. Salah satu narasumber talk show, dr. Rudi Simanjuntak Sp.OG mengimbau, “Ibu dengan rhesus negatif pada kehamilan pertama akan diperiksa darahnya untuk memastikan jenis rhesus dan melihat apakah telah tercipta antibodi. Bila belum tercipta antibodi, maka pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam setelah persalinan akan diberikan suntikan."
5. Suntikan yang dimaksud adalah Immunoglubulin Anti-D yang bertujuan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah tersebut memicu terbentuknya antibodi yang dapat menyeberang sirkulasi darah janin. Dengan begitu, janin terlindung dari serangan antibodi.
Berita lainnya:
Trik Bikin Hati Senang Setiap Hari
Sakit Kepala? Ini Obatnya yang Manjur
Rajin Olahraga dan Diet tapi Berat Badan Tak Turun, Apa yang Salah?