TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Anda para orang tua, bekerja atau pun tidak bekerja, penggunaan telepon pintar (smartphone) tak bisa dielakkan. Ponsel pintar membuat orang tua terhubung dengan dunia luar entah melalui media sosial atau berbagai aplikasi mengobrol. Bagi orang tua bekerja, ponsel salah satu perangkat penting untuk menyelesaikan urusan pekerjaan—yang kadang terpaksa dilakukan di rumah.
Tak jarang penggunaan ponsel pintar mengaburkan batasan pekerjaan, kehidupan sosial, dan peran Anda sebagai orang tua di rumah. Yang berbahaya, penggunaan ponsel di depan anak secara intensif akan mengakibatkan hubungan yang buruk dengan anak.
Dalam penelitian kualitatif tentang hubungan penggunaan ponsel oleh orang tua terhadap interaksi dengan anak yang dimuat Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics Amerika Serikat dikemukakan, penggunaan ponsel di sekitar anak-anak berpotensi memicu konflik.
“Orang tua akan terus merasa berada di lebih dari satu tempat ketika mereka sedang mengasuh anak. Mereka tetap bekerja, bersosialisasi, saat yang sama mereka sedang menyiapkan makan malam atau menemani anak belajar,” kata Jenny Radesky M.D, pakar perilaku anak dan dokter anak dari Universitas Michigan, yang melakukan penelitian bekerja sama dengan Pusat Medis Boston.
Respons emosional terhadap apa pun yang orang tua baca di ponsel—entah kabar buruk soal pekerjaan, informasi resep masakan baru, atau obrolan di grup yang sedang seru—berpengaruh pada interaksi dengan anak. Saat orang tua terlalu intensif memandangi layar ponsel, anak merasa diduakan.
Kemudian mereka berusaha merebut perhatian Anda dengan berbagai cara. Sayangnya terkadang tanpa disadari orang tua menganggap anak sebagai pengganggu dan berujung pada interaksi negatif, seperti membentak anak.
Radesky memperkirakan, setidaknya orang tua menggunakan gawai tiga jam saat berada di rumah.
“Teknologi telah mengubah cara orang tua menggunakan media digital di sekitar anak. Dibanding dengan pengalihan tradisional seperti buku, teknologi digital jauh lebih menuntut perhatian dan memberi pengaruh besar pada kondisi emosional,” kata Radesky melanjutkan.
Di sisi lain, masuk ke dunia maya melalui ponsel menjadi salah satu pengingat “saya punya kehidupan lain di luar ini semua (keluarga)”.
Untuk meminimalkan konflik dengan anak yang dipicu penggunaan ponsel di rumah, Radesky memberi saran sebagai berikut:
Buat batasan
Buatlah aturan mengenai penggunaan gawai di rumah. Misalnya, hindari penggunaan gawai di waktu-waktu intim seperti saat makan atau sebelum tidur. Atau jauhi ponsel sesaat setelah pulang kerja, karena pada waktu ini anak biasanya sangat bersemangat bertemu Anda. Batasi pula area penggunaan gawai. Misalnya, jangan menyentuhnya di kamar tidur atau ruang keluarga. Anda hanya boleh menggunakannya di ruang kerja atau ruang tamu, saat interaksi dengan anak sangat minim.
Kenali apa yang paling menguras emosi
Anda pasti bisa mengidentifikasi, bagian mana dari penggunaan ponsel yang paling mudah memicu emosi. Apakah mengecek e-mail soal pekerjaan, membaca status media sosial teman, atau diskusi di grup WhatsApp atau Line, misalnya. Hindarilah berurusan dengan hal-hal itu ketika sedang berinteraksi dengan anak atau saat anak tengah meminta perhatian penuh. Berkaitan dengan poin pertama, inilah sebabnya Anda harus memilih tempat yang bebas atau minim interaksi dengan anak ketika menggunakan ponsel.
Berita lainnya:
Agar Tetap Indah, Bibir Juga Perlu Dirawat, Lho
Nutella Pizza, Akrabkan Ibu dan Ananda
Didi Budiardjo Tutup JFW 2017 dengan Kirab