TEMPO.CO, Jakarta - Manusia modern gemar membawa air minum dalam botol plastik dengan alasan kepraktisan. Namun hasil penelitian menunjukkan botol minum itu adalah sarang kuman yang lebih berbahaya dibanding tempat makanan anjing ataupun dudukan toilet.
Kita tak pernah menyadari itu. Dengan santai kita menenggak air dari botol dengan berbagai cara, ada yang menggunakan sedotan, semprotan, atau seperti menggunakan gelas. Bukan hanya botol bekas air kemasan yang dianggap berbahaya, tapi juga botol air permanen yang bisa diisi ulang. Meminum air dari botol tersebut kadang dianggap jauh lebih buruk dibanding menjilat mainan untuk binatang peliharaan.
Hasil tes menunjukkan ribuan kuman penggemar area lembap berkeliaran di tutup botol atau sedotan. Dari hasil tes itu didapatkan fakta ada sekitar 300 ribu koloni yang membentuk kelompok bakteri.
Yang mengejutkan, beberapa jenis bakteri itu justru yang paling berbahaya, seperti e.coli dan salmonella. Sekelompok bakteri itu berisiko menyebabkan infeksi kulit, pneumonia, dan keracunan darah.
Botol minum dengan jenis tutup yang didorong diklaim mengandung paling banyak bakteri, diikuti oleh jenis botol yang diremas untuk mengeluarkan air dari ujung kecil di puncaknya, dan botol dengan tutup yang diputar. Botol air dengan sedotan diklaim relatif aman karena mengandung paling sedikit bakteri, dan kebanyakan tidak terbuat dari bahan plastik berbahaya.
Untuk meminimalisir jumlah bakteri pada botol air minum, para peneliti menyarankan rajin mencucinya setelah dipakai, baik dengan tangan atau alat pencuci piring. Selain itu, botol dari bahan baja stainless dianggap lebih baik dari plastik.
Bukan hanya botol minum yang menjadi sarang bakteri. Peralatan lain yang selalu lembap, seperti tempat sikat gigi, tempat makan binatang peliharaan, bak cuci piring, dan talenan juga sarat dengan bakteri dan harus sering dibersihkan.
DAILYMAIL | PIPIT
Berita lainnya:
Mau Jadi Vegetarian, Cek Dulu Persiapannya
Tanda-tanda Persahabatan Telah Usai, Apa Saja Itu?
Istri Cantik, Anak Sehat, Hidup Mapan, Kok Masih Selingkuh?