TEMPO.CO, Jakarta - Kacamata gelap atau hitam sering dipandang bukan kebutuhan penting. Bahkan banyak orang yang pergi berlibur tidak membawa kacamata yang bisa melindungi mata dari sengatan sinar matahari dan sinar ultraviolet-nya.
Sebenarnya, intinya adalah mereka tidak sadar bahaya sinar matahari terhadap mata. Buat sebagian besar orang, kacamata hitam hanyalah bagian dari mode atau penampilan, bukan sebagai alat pelindung.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Vision Express di Inggris menemukan fakta bahwa hanya sepertiga dari peserta yang mengecek kadar perlindungan di lensa. Padahal paparan sinar UV sama bahayanya pada mata, seperti pada kulit.
Mata bahkan dianggap lebih rentan daripada kulit. Sama seperti pada kulit, sinar UV bisa membakar sampai lapisan yang lebih dalam, termasuk pada mata. Menurut para pakar, mata bahkan 10 kali lebih mudah terbakar dibanding kulit.
Permukaan mata juga lebih sensitif terhadap sinar UV dibanding kulit sehingga lebih mudah rusak. Dalam jangka pendek, sinar UV bisa menyebabkan kornea dan konjungtiva (lapisan bening pada bagian putih mata) menjadi bengkak dan membuat pandangan menjadi kabur.
Dampak jangka panjangnya, termasuk di daerah subtropis, adalah fotokeratitis, atau kornea yang terbakar. Mata akan terasa sakit dan gatal selama sekitar dua hari dan membuat pandangan kabur bahkan hilang. Efek seperti ini biasanya terjadi di dekat air akibat pantulan sinar matahari di permukaan air.
Dampak sinar matahari pada mata juga bersifat kumulatif, makin lama makin menumpuk. Jadi, ketika sel-sel mulai memperbaiki diri, kerusakan lain pelan-pelan terjadi. Efek jangka panjangnya adalah katarak seiring dengan bertambahnya usia.
DAILYMAIL | PIPIT