Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Devi Raissa, Terbitkan Buku Karya Sendiri Sambil Berbagi  

image-gnews
Devi Raissa. facebook.com
Devi Raissa. facebook.com
Iklan

TEMPO.COJakarta - Ketika ingin membuat buku, seseorang pasti mencari penerbit yang mau menerbitkan buku karyanya secara massal.

Namun tidak bagi Devi Raissa. Wanita berusia 28 tahun ini justru lebih memilih untuk menerbitkan sendiri hasil karyanya.

Ia membuat naskah cerita, memproduksi, dan menerbitkan sendiri buku anak-anak di bawah bendera Rabbit Hole.

“Sebenarnya ada beberapa penerbit yang meminta buku kami diterbitkan mereka. Tapi dengan keuntungan yang begitu besar untuk mereka, otomatis harga jualnya jauh lebih mahal. Itu bertentangan dengan konsep Rabbit Hole yang ingin menerbitkan buku anak berkualitas dengan harga terjangkau. Jadi kami putuskan buat sendiri, jual sendiri,” urai Devi saat kami temui di kantor Rabbit Hole di kawasan Bangka, Jakarta Selatan.

Dengan memproduksi dan menjual sendiri buku-bukunya, Devi bisa menekan harga jual dengan kisaran harga 24-165 ribu rupiah saja. Harga itu jauh lebih murah ketimbang buku-buku impor serupa yang bisa dijual hingga lebih dari 300 ribu rupiah di toko buku.

Lagi pula, dengan media Instagram @rabbitholeid yang telah memiliki lebih dari 17 ribu pengikut, buku-buku Rabbit Hole terjual rata-rata 1.500 eksemplar setiap bulan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Menurut teman yang kerja di penerbitan, jumlah ini hampir sama dengan jumlah penjualan buku di toko buku besar,” ucap Devi.

Di luar perhitungan bisnis, Devi memiliki misi sosial yang tidak bisa dicapai jika ia bekerja sama dengan penerbit besar. Dari 20 buku yang terjual, satu buku akan disumbangkan untuk rumah baca dan tempat-tempat yang membutuhkan.

“Buku kami tidak seperti buku-buku biasa. Proses pembuatannya di bagian finishing harus dikerjakan dengan tangan. Untuk itu, kami mempekerjakan 20 orang untuk proses finishing. Kalau dimasukkan ke penerbit besar, kami menghilangkan lapangan pekerjaan untuk pekerja finishing. Daripada keuntungan masuk ke penerbit, lebih baik saya alihkan untuk pekerja,” imbuh psikolog lulusan Universitas Indonesia ini.

TABLOIDBINTANG

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

22 April 2021

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

Gojek menghadirkan Akademi Mitra Usaha (KAMUS) dan tren bisnis menarik selama Ramadhan yang ditujukan untuk pelaku UMKM


Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

6 April 2018

Dua anggota WeWork bermain pingpong di depan area laundry umum di gedung WeLive, Manhattan. Caitlin Ochs / Bloomberg
Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

Menjamurnya co-working space saat ini menjadi sebuah tren tempat para pengusaha berkumpul. Namun sekarang sudah ada tempat tinggal dengan rekan kerja.


Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

22 Januari 2018

Ruben Onsu. TEMPO/Agung Pambudhy
Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

Restoran Geprek Bensu kedua di Bali menjadi cabang yang ke-60 di Indonesia.


Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

16 Januari 2018

Ilustrasi bisnis titip menitip. Insideretail.ph
Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

Mahir dalam bisnis kini tak perlu sulit lagi. Ada Roadshow Kampus Shopee. Tahun ini akan menjangkau lebih dari 30 kota di Indonesia.


Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

8 November 2017

Kue Korea (Bisnis.com)
Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

Cake dengan dekorasi icing yang artistik jauh lebih menggugah selera, meskipun pada kenyataannyaicing seringkali disisihkan atau tidak dikonsumsi.


Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

13 September 2017

Warga memilih gantungan kunci bergambar logo Muhammadiyah yang di jual di Bazar Muktamar Muhammadiyah di Kawasan Mounmen Mandala Makassar, 2 Agustus 2015. Pernak-pernik yang dijual yakni kaos, Pin, Gantungan kunci, mug, dan berbagai produk kerajinan tangan lainnya. TEMPO/Hariandi Hafid
Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

Muhammadiyah tengah menjajaki pendirian holding yang akan memayungi semua unit bisnis usaha yang sudah berjalan.


Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

2 September 2017

Aktor Baim Wong saat menghadiri premier film
Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

Baim Wong (35) tak mau hanyut dalam tren seleb yang berbisnis oleh-oleh
kekinian di sejumlah kota. Baim belajar bikin siomay


Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

3 Agustus 2017

Dhini Aminarti dan suaminya, Dimas Seto. Instagram.com
Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

Bisnis kuliner oleh-oleh kekinian milik artis kian menjamur. Dimas Seto mengaku tidak takut dengan persaingan bisnis.


Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

21 Juli 2017

Wulan Martha Tilaar. Tempo/Hadriany Puji
Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

PAC MUAster menjadi satu society khusus bagi para profesional penata rias artis


Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

17 Juli 2017

Ilustrasi kegiatan voluntourism, bersama Nila Tanzil dan penari Caci Dance. Travelsparks.co
Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

Keinginan Nila Tanzil menyediakan akses buku bagi anak Indonesia Timur melahirnya bisnis sosial Travel Sparks tahun 2014. Apa kuncinya biar happy?