TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda terbiasa menyetir mobil sehari-hari di jalanan ibu kota, pastinya kemacetan sudah menjadi santapan rutin. Potensi stress ketika berkendara pun praktis tidak terelakkan.
Untuk mengatasi kebosanan saat terjebak kemacetan, sebagian orang memilih bermain ponsel pintar atau mendengarkan lagu. Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa cara ampuh menetralisir stress di jalanan terletak pada mekanisme pengendalian emosi.
Sebuah penelitian dihelat oleh University of Houston di Texas untuk membuktikan hal-hal apa saja yang membuyarkan konsentrasi pengemudi serta bagaimana cara mengatasinya. Experimen dilakukan terhadap 59 pengemudi dengan menggunakan simulator berkendara.
Kepala peneliti, Ioannis Pavlidis, mengatakan gangguan konsentrasi pengemudi dipicu oleh 3 faktor, yaitu emosional murni, kognitif, serta fisik/sensorimotor. Masing-masing memberi dampak berbeda terhadap perilaku mengemudi.
Ioannis menjelaskan stress di jalanan yang berasal dari tekanan mental dan emosional justru akan membuat pandangan pengemudi fokus ke depan dan terkonsentrasi. Bahkan, trayek kemudi mereka menjadi lebih ‘lurus’ dibandingkan saat kondisi normal.
Lebih lanjut, dia menyebutkan faktor stress emosional dan kognitif berpotensi membahayakan keselamatan pengemudi, tapi bisa berbalik menjadi manfaat apabila dapat ditangani dengan baik.
“Sebaliknya, pengemudi yang tidak dapat mengatasi stress emosional dan kognitif bisa langsung mengalami kecelakaan, karena konsentrasi mereka terpecah. Hal ini biasanya terjadi saat pengemudi sekaligus melakukan aktivitas sensorimotor seperti bermain ponsel.”
Secara ilmiah, melakukan kegiatan seperti texting saat mengemudi membuyarkan mekanisme ‘autopilot’ pada seorang pengemudi. Sebab, konsentrasi mereka terbelah dengan kegiatan lain yang memaksa pandangan mereka teralihkan dari jalanan dan tangan mereka dari setir.
“Pengendalian kendaraan yang baik membutuhkan kedua tangan yang stabil pada setir. Gangguan seperti memegang ponsel akan memengaruhi stabilisasi dan membuat setir kemudi menjadi grogi atau tidak stabil,” kata Despina Stavrinos dari University of Alabama.
Menurutnya, jika pandangan pengemudi tidak terkonsentrasi di jalanan, kemungkinan besar mereka akan salah mengambil sikap pada setir saat tiba-tiba muncul potensi kecelakaan di depan mata. Akibatnya, insiden kecelakaan pun tak bisa dihindari.
Tip terbaik untuk menyetir dengan aman adalah jangan menjalankan kemudi saat Anda sedang marah atau emosi, apalagi di tengah situasi jalanan Ibukota yang semrawut. Ambil waktu beberapa saat untuk meredakan emosi sebelum kembali berkendara di jalanan.
Selain itu, kurangi frekuensi bermain ponsel saat mengemudi. Sebab, hal itu bersifat adiktif dan dapat merusak konsentrasi, tidak hanya pada saat menyetir tapi pada seluruh aspek kehidupan. Sayangnya, penyakit ‘kecanduan HP’ masih banyak dijumpai di sekitar kita.