TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki musim wisuda, banyak lulusan perguruan tinggi yang antusias memulai perjalanan hidup di dunia kerja.
Namun tidak dimungkiri antusiasme itu bercampur dengan kegugupan ketika tiba waktunya menghadapi wawancara kerja.
Bagi Anda, fresh graduate atau bukan, yang kini tengah mempersiapkan diri untuk wawancara kerja, penting bagi Anda memperhatikan sikap dan cara berkomunikasi saat berhadapan dengan pemberi kerja.
“Sebagai pelamar, mereka harus tahu dulu, mengapa perlu wawancara. Wawancara kerja itu diperlukan untuk menyelaraskan hasil tes psikologi lewat tes lain, berupa komunikasi dua arah,” ujar Herlina Simanjuntak, yang sudah bekerja selama 24 tahun di divisi sumber daya manusia sebuah BUMN.
Dari pengalamannya menemui banyak pelamar kerja di perusahaannya, Herlina membagi empat faktor penentu kesuksesan wawancara kerja.
1. Bekali diri dengan pengetahuan mendasar
Sebelum menemui pihak pemberi kerja, selayaknya Anda membekali diri dengan pengetahuan mendasar, yakni tentang perusahaan yang Anda tuju beserta jabatan yang Anda lamar. Menurut Herlina, wawancara kerja juga berguna untuk memastikan apakah pelamar adalah orang yang dibutuhkan perusahaan.
“Seorang calon pekerja juga harus tahu kompetensi jabatan yang diperlukan perusahaan. Diharapkan dalam wawancara ia mampu memperlihatkannya,” ucap wanita berusia 51 tahun ini.
2. Perlihatkan sikap baik dan percaya diri
Selain kemampuan yang sesuai dengan bidang masing-masing, penentu faktor kesuksesan atau kegagalan wawancara kerja adalah sikap pelamar.
“Yang baik adalah menunjukkan sikap percaya diri serta memperlihatkan bahwa mereka berpengetahuan luas, bersemangat, dan tidak kalah penting, dapat bekerja dengan tim. Inilah sikap yang dapat menjawab kebutuhan perusahaan pada umumnya,” kata Herlina.
Percaya diri tidak hanya bertujuan untuk memperlancar komunikasi, tapi juga berhubungan dengan kemampuan menyelesaikan tugas kerja. Berikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Bila pertanyaan itu hanya membutuhkan jawaban singkat, tidak perlu bertele-tele menjawabnya sehingga membuat pemberi kerja meragukan efisiensi Anda.
3. Buktikan kemampuan Anda
Dalam wawancara, Anda diberi kesempatan untuk membeberkan kualitas diri Anda. Banyak yang bingung, haruskah merendah atau meninggi saat menyampaikannya? Apalagi bila Anda merasa memiliki kelebihan yang membedakan Anda dengan pelamar lain. Kuncinya, tidak berlebihan.
“Sampaikanlah hal-hal yang positif dengan lugas dan akan lebih baik bila ada bukti-buktinya,” ujar Herlina.
Bukti yang dimaksud antara lain apabila Anda mengaku bisa berbahasa asing, lampirkan sertifikat atau dokumen yang mendukung. Bila Anda mempelajarinya secara autodidak, tampilkan sedikit kemampuan Anda tapi dengan rendah hati.
“Menunjukkan kualitas yang baik itu sangat bagus, tapi harus ada buktinya. Tidak akan terkesan sombong bila bicara dengan arif,” katanya, menambahkan.
4. Bicara positif
Ingatlah untuk bicara dengan antusias dan positif. Saat Anda bicara, karakter Anda dinilai oleh pemberi kerja. Jika Anda tidak menyukai sesuatu tentang perguruan tinggi tempat Anda menuntut ilmu atau perusahaan lama dan mantan bos Anda, tak perlu membahasnya ke mana-mana, apalagi dalam wawancara kerja.
“Sebaiknya, saat diwawancarai, pelamar tidak seperti menghakimi, karena ada kemungkinan sifat itu muncul kembali,” ujar Herlina.
Bila menerima Anda sebagai karyawan, pemberi kerja tentu tidak menghendaki Anda membocorkan hal-hal tidak menyenangkan tentang mereka.
Berdasarkan empat poin tersebut, yang diharapkan pemberi kerja wajar. Herlina paling tidak senang bertemu dengan pelamar yang kurang persiapan dan tidak percaya diri.
“Tidak mengetahui apa keunggulannya. Itu membuat kami tidak ingin mempekerjakan orang tersebut,” ujarnya.
Jangan sampai hal ini terjadi pada Anda. Siapkan diri matang-matang sebelum wawancara kerja.