TEMPO.CO, Jakarta - Selama sepuluh tahun menjalani pekerjaannya sebagai dokter hewan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Erni Suyanti Musabine lebih banyak menghabiskan waktunya di hutan. Baginya, tinggal di hutan lebih menyenangkan ketimbang di kota. "Saya menganggap ini bukan pekerjaan, tapi kayak wisata, jadi tidak bosan," ujarnya.
Perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 39 tahun lalu ini merasa seperti sedang melakukan hobi ketika menjalankan tugasnya. Tak ada beban. Apalagi orang tuanya, Musabine dan Lasminah, mendukung.
Bersama timnya, wanita yang akrab disapa Yanti ini bertugas menangani harimau korban konflik. Setiap tahun ia menyelamatkan satu atau dua harimau. Terakhir, ia berhasil menyelamatkan seekor harimau Sumatera berusia 14 tahun yang memangsa penduduk di perkebunan karet dan sawit di Kabupaten Seluma, Bengkulu.
Dokter hewan lulusan Pendidikan Profesi Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya, itu kemudian merawat harimau tersebut di Pusat Pelatihan Gajah Seblat, Bengkulu, selama beberapa bulan. Begitu kondisinya pulih, harimau yang diberi nama Giring itu direlokasi ke habitatnya di kawasan hutan konservasi TWA Seblat, Bengkulu.
Ketika merelokasi, Yanti berada satu perahu dengan Giring untuk menyeberangkannya ke tempat konservasi, persis seperti salah satu adegan dalam film Life of Pie. Rekan-rekannya menunggu Yanti di seberang.
Lalu, bagaimana perasaan Yanti berada satu perahu dengan harimau? “Tidak ada takut, saya yakin bisa melakukannya.”
RINA WIDYASTUTI
Baca juga :
Mimpi Catherine Hindra Sutjahyo di Bisnis E-Commerce
Lulus Kuliah, Yuk Kerja Sosial
Donna Legisa Melestarikan Batik Melalui Tas