TEMPO.CO, Jakarta - Hafiza Elvira Nofitariani masih ingat reaksi warga RW 13 Kecamatan Neglasari, Tangerang, saat datang ke wilayah itu enam tahun lalu. Ia dipandang sinis karena dianggap hendak memanfaatkan penduduk Neglasari untuk mencari dana. “Saya dikira hendak menipu,” katanya, Sabtu dua pekan lalu.
Kedatangan Hafiza ke Neglasari bertujuan memberdayakan mantan penderita kusta. Bersama empat temannya, Hafiza mendirikan Nalacity dalam program Indonesia Leadership Development Program di Universitas Indonesia. Nalacity mengajari para ibu di lingkungan itu menjahit dan menghias kerudung. BACA Sheila Tembus Pusat Mode Bersama Penyandang Difabel
Hasil penjualan kerudung dikembalikan dengan sistem bagi hasil. Sikap penduduk yang mulai terbuka membuat perempuan 25 tahun ini melanjutkan program di Neglasari secara swadaya.
Pandangan sinis pada awal program bukanlah satu-satunya kendala. Mencari pasar produk mereka tidak gampang. Beberapa pembeli membatalkan transaksi setelah mengetahui bahwa mantan penderita kusta yang membuat produk tersebut. Hafiza tak lelah mengkampanyekan antidiskriminasi.
Pembeli datang dari berbagai kota. Produknya bahkan diekspor hingga Qatar. Tahun ini Nalacity resmi berbadan hukum agar bisa menjadi social enterprise.
Baca Juga:
Anggota Nalacity, Siti Zaenah, bersyukur bisa bergabung. Dari Nalacity, ia bisa mengantongi Rp 100 ribu per bulan. Nilainya meningkat jika ia sanggup menyelesaikan lebih banyak kerudung. “Lumayan dapat tambahan, bisa untuk beli susu atau baju baru,” kata perempuan berusia 46 tahun ini.
LINDA HAIRANI