TEMPO.CO, Jakarta - Konflik dalam setiap hubungan bisa bikin stres, tetapi khusus menyangkut konflik dengan pasangan, rasanya lebih menantang. Terkadang salah satunya terjebak dalam situasi panas dan mengatakan hal-hal yang tidak dimaksudkan.
Kata dan frasa yang digunakan dapat berdampak besar pada bagaimana konflik diselesaikan dan bagaimana pasangan memandang kita. Bahasa baik yang digunakan dapat meningkatkan komunikasi, mengurangi perasaan sakit hati, dan meningkatkan peluang untuk menyelesaikan konflik secara positif.
Jordan Dann, psikoanalis dan relationship coach, mengatakan bahwa ini tidak berarti harus setuju dengan pasangan, tetapi dapat mendengarkan, memvalidasi, mendapatkan lebih banyak pemahaman satu sama lain akan lebih baik.
Dia lebih lanjut menyarankan lima kata dan frasa yang perlu dihindari selama bertengkar dengan pasangan untuk membantu menavigasi situasi ini dengan cara yang lebih efektif.
1. "Tidak ada apa-apa"
Jika menghindari konflik atau kesal, ini mungkin bahasa yang biasa bagi kebanyakan orang. Jika marah, atau frustrasi, dan pasangan menanyakan apa yang terjadi, cobalah untuk tidak menjawab dengan, "Tidak ada apa-apa".
Jika pasangan menjawab dengan "tidak ada", cobalah tarik napas dalam-dalam dan ucapkan kalimat menenangkan. "Penting bagi saya untuk mengetahui perasaanmu. Saat kamu siap berbicara, saya terbuka untuk mendengarkan."
Baca juga: 7 Cara Bertengkar Sehat dengan Pasangan
2. "Terserah"
Ini adalah kata yang mengecilkan, menolak, dan pasif-agresif yang meminimalkan kebutuhan sendiri dan kebutuhan pasangan. Lain kali saat menerima jawaban "terserah", coba tanggapi dengan, "Ketika kamu mengatakan itu kepada saya, kamu merasa tidak tertarik dengan apa yang saya rasakan, atau apa yang saya butuhkan, dan itu menyakitkan saya." Jika ini tidak melunakkan pasangan, lihat apakah ada ruang untuk tidak meningkatkan konflik.
3. “Selalu” atau “Tidak pernah”
Kebanyakan orang mengenal beberapa variasi ini dari orang/orang yang dicintai. "Kamu tidak pernah tepat waktu." "Aku selalu mencuci pakaian." "Aku selalu mendengarkanmu tapi kamu tidak pernah mendengarkanku." Kedua kata ini jarang faktual. Saat kamu menggunakan kata-kata ini, berarti kamu mengobjektifkan pasangan dan menyangkal kemampuan mereka untuk berubah dan tumbuh. Jika pasangan merasa seperti ini, mereka mungkin pasrah, "Kenapa repot-repot?" Beri tahu pasangan bahwa kamu percaya pada kemampuan mereka untuk menanggapi kebutuhan / perasaanmu dengan serius dan merespons.
4. "Kamu seperti (ibu, ayah, saudara laki-laki, dll)"
Ketakutan yang dimiliki banyak orang adalah akan memiliki sifat buruk dari keluarga, jadi umpan pasif-agresif ini bisa langsung masuk ke inti pasangan. Jika berada di pihak penerima, cobalah tarik napas dalam-dalam dan jawab dengan, "Saya benar-benar kesal ketika kamu membandingkan saya dengan ayah saya."
5. "Kamu sangat sensitif"
Kedua pernyataan ini mengabaikan perasaan pasangan. Jujurlah dengan diri sendiri dan selidiki apakah ekspresi ini mungkin lebih berkaitan dengan kurangnya kapasitas untuk menghadapi pengalaman emosional pasangan, daripada apa yang diungkapkan pasangan. Hal penting dalam suatu hubungan adalah memperhatikan kebutuhan keterikatan dan pengalaman emosional pasangan.
HINDUSTAN TIMES
Baca juga: Kenali 6 Bahasa Tubuh untuk Menghindari Pertengkaran saat Berdiskusi dengan Pasangan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.