TEMPO.CO, Jakarta - Bagi para orang tua menemukan cara untuk mendisiplinkan anak-anak tanpa cara yang berlebihan adalah bagian yang sulit. Anda ingin anak Anda mendengarkan atau menghormati. Namun biasanya orang tua kerap mendisiplinkan anak dengan cara fisik, seperti memukul.
Padahal menurut sains, mendisiplinkan anak secara fisik tidak berhasil. Dalam sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam The Journal of Family Psychology, menunjukkan bahwa memukul anak jauh lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya. Namun anak-anak yang dipukul sering mengulangi perilaku buruk yang sama dalam waktu sepuluh menit. Jadi, itu cukup membuktikan bahwa dengan cara memukul anak, itu bukan cara yang benar.
Meskipun bukan hal yang aneh bagi orang tua untuk menggunakan pukulan sebagai tindakan disiplin utama, namun bukan berarti tindakan itu efektif. Mungkin teguran fisik dapat menghentikan perilaku yang tidak diinginkan untuk sementara, tetapi konsekuensinya jauh lebih besar daripada manfaatnya.
Jika Anda ingin anak Anda benar-benar mendengarkan Anda dan memahami kesalahannya, Anda harus mengajari mereka. Satu-satunya hal yang didapat jika memberi pukulan kepada anak adalah membuat anak Anda takut pada Anda, tetapi itu tidak mengajari mereka konsekuensi dari perilaku mereka atau cara mengendalikannya. Bahkan, itu bisa membuat anak Anda lebih agresif.
Berikut ini 5 cara untuk mendisiplinkan anak menurut sains
1. Ingatlah bahwa otak anak Anda belum matang
Korteks prefrontal seorang anak yang membantu pengambilan keputusan dan penilaian rasional belum sepenuhnya terbentuk. Ketika Anda memberi tahu anak Anda yang berusia dua tahun bahwa dia terlalu dekat dengan perapian untuk kelima puluh kalinya dalam satu malam, ingatlah bahwa kemampuan pengaturan dirinya belum berkembang. Anda harus mengarahkan dan atau mengalihkan perhatiannya.
2. Istirahat sejenak
Ketika Anda merasakan kemarahan Anda meningkat sampai merasa ingin memukul anak Anda, pergilah dan luangkan waktu Anda sendiri. Beristirahat sejenak untuk memperhatikan emosi Anda yang membantu mengetahui apakah frustrasi, kelelahan, atau kekesalan Anda yang membuat Anda ingin mengamuk. Anda mungkin menemukan bahwa kemarahan Anda segera menghilang dan perilaku anak Anda tidak pantas untuk dimarahi.
3. Perhatikan tindakan apa yang kira-kira boleh dan tidak boleh dilakukan
Jika Anda memukul anak Anda, tetapi perilaku buruknya kembali, maka tanggapan Anda terhadap perilaku buruknya perlu diubah. Alasannya adalah ketika seorang anak dipukul, itu lebih dari sekadar menyengat tangan atau punggungnya. Anak dapat merasa diintimidasi dan harga diri mereka menderita dan ini dapat terlihat dari perilakunya. Melakukan hal ini hanya akan membuat anak Anda bertingkah.
4. Kompak dengan pasangan
Ini bisa membingungkan Anda dan anak-anak Anda ketika ayah menganggap melompat ke tempat tidur itu menyenangkan, tetapi ibu menganggap itu perilaku yang buruk. Semua ini membuat anak-anak Anda semakin bingung tentang apa yang bisa dan tidak bisa diterima.
5. Pikirkan tahap perkembangan anak Anda sebelum bereaksi
Seperti yang kita ketahui, bayi dilahirkan dengan otak yang belum berkembang, yang artinya terserah pada orang dewasa yang penuh kasih dalam kehidupan anak untuk membantu mengembangkan empati dan kekuatan emosional, serta kecerdasan. Jadi, menghukum balita karena memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya akan menghambat perkembangannya.
Namun, jika anak berusia 5 tahun memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya setelah dilarang, maka pelajaran yang penuh kasih dapat diberikan. Balita tidak dapat memahami konsep kognitif yang dapat dilakukan oleh anak berusia lima tahun, jadi mengharapkan perilaku yang sama dari keduanya tidaklah realistis.
NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI | YOUR TANGO
Baca juga: 5 Cara Menanamkan Disiplin pada Anak agar jadi Orang yang Bertanggung Jawab
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.