TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Ardiansjah Dara Sjahruddin mengatakan selama masa kehamilan, banyak perubahan yang terjadi pada ibu hamil, mulai dari fisik hingga psikis, serta yang tidak tampak, yaitu perubahan hormon.
Pada trimester pertama, hormon yang meningkat dalam tubuh wanita antara lain hormon estrogen dan progesteron. Selain kedua hormon itu, ada pula hormon kehamilan yang muncul, yakni hormon beta chorionic gonadotropin (beta hCG), yang kerap mengakibatkan mual dan muntah. “Makanya enggak heran trimester pertama sekitar 75-80 persen ibu hamil pasti mual. Nah, yang 20 persen enggak mual atau istilahnya hamil kebo,” ujar Dara dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada akhir November 2022.
Ketiga perubahan hormon tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan psikis ibu hamil, sehingga jadi lebih sedih, menangis, dan gampang marah-marah. Ini selaras dengan survei yang dilakukan oleh Teman Bumil terhadap 1.504 ibu hamil, 64,6 persen mengaku lebih mellow dan sering sedih, sementara 38,4 persen mengaku jadi lebih stres selama hamil.
Selain masalah hormonal, ada beberapa faktor eksternal yang menjadi pemicu ibu hamil tidak bahagia atau stres. 44, 3 persen menjawab faktor eksternal pertama yang berpengaruh pada psikis ibu hamil adalah kondisi finansial yang belum stabil. Kemudian, disusul dengan masalah kehamilan yang cukup mengganggu dengan jawaban sebanyak 35, 8 persen. Faktor eksternal lain adalah belum atau sulit menyiapkan biaya persalinan dengan jawaban 23, 9 persen. Selanjutnya ada faktor masih harus bekerja atau mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga sendirian dengan angka 21,5 persen yang bisa bikin para ibu hamil semakin stres. Faktor eksternal terakhir adalah menjalani kehamilan sambil mengurus anak dengan jawaban 20,7 persen.
Dampak bagi Janin Bila Ibu Tidak Bahagia
Kondisi psikis ibu hamil yang naik turun yang kebanyakan terjadi di trimester pertama, bisa berlanjut sampai trimester kedua bahkan trimester ketiga. Hal yang paling mengganggu di trimester kedua, ujar Dara, biasanya terkait dengan perubahan bentuk fisik. Sementara di trimester ketiga, ibu hamil kerap stres terkait proses persalinan yang akan ditempuhnya kelak.
Walau hormon berperan besar, kesedihan pada ibu hamil tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. “Dampak secara tidak langsung itu ada, ya. Contohnya, ibu-ibu yang bersedih berkepanjangan berpotensi mengalami persalinan prematur. Bisa juga, anaknya kecil. Kita istilahkan BBLR (bayi berat lahir rendah),” kata Dara.
Saat para ibu hamil sedih dan banyak pikiran, mereka bisa jadi malas makan atau makan tidak teratur. Akibatnya, janin menjadi kekurangan nutrisi lalu mengalami BBLR. Ada pula yang sampai tidak menjaga kebersihan diri, yang berisiko tubuh terpapar banyak bakteri. Bakteri pun bisa masuk dari vagina ke dalam rahim, lalu menginfeksi selaput ketuban, yang memperbesar potensi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan prematur.
Baca: Manfaat Cokelat Hitam untuk Kesehatan Ibu Hamil
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.