TEMPO.CO, Jakarta - Taylor Swift mengedit video musik "Anti-hero" beberapa hari setelah dirilis, menyusul reaksi atas salah satu adegan. Dalam video aslinya, terdapat adegan penyanyi itu melangkah ke timbangan yang bertuliskan "FAT", saat alter egonya menggelengkan kepalanya, tampak kecewa.
Banyak pengguna Internet mengkritik adegan itu. Mereka menuduh Swift "fatphobic" dan memperkuat konotasi negatif dengan kata "fat (gemuk)".
"Anti-hero" adalah salah satu lagu dari album baru Swift, Midnights. Dirilis minggu lalu, album Midnights telah memecahkan rekor album yang paling banyak diputar di Spotify dalam satu hari. Namun kesuksesannya, di beberapa bagian, dibayangi oleh perdebatan dan kritik terhadap video "Anti-hero", yang ditulis dan disutradarai oleh Swift sendiri.
Mary Himmelstein, asisten profesor di Kent State University yang mempelajari bagaimana stigma berat badan mempengaruhi kesehatan masyarakat, mengatakan bahwa fatphobic atau fatphobia adalah ketakutan dan kebencian terhadap tubuh gemuk. "Itu mencakup banyak hal, yaitu bias berat badan dan stigma berat badan, seperti gagasan bahwa kita melihat orang dengan berat badan lebih sebagai pemalas, dan tidak cerdas, atau menjijikkan," kata Himmelstein, dikutip dari Good Housekeeping.
Dia menambahkan, fatphobia dinilai melanggengkan stereotip negatif itu, dan itu dapat menyebabkan diskriminasi terhadap orang-orang dengan berat badan lebih tinggi.
Penulis Virgie Tovar mengatakannya dengan lebih gamblang. “Fatphobia adalah bentuk kefanatikan dan bentuk diskriminasi yang mengatakan bahwa orang dengan berat badan lebih tinggi, terlihat lebih rendah secara fisik, intelektual, moral, dan kesehatan,” kata Tovar.
Banyak faktor yang bisa memicu fatphobia. Beberapa hal yang mempengaruhi antara lain, secara historis, berat badan dipandang sebagai representasi kekayaan dan kelas, kata Himmelstein. “Pada saat makanan langka, berat badan dipandang sebagai hal yang positif.”
Saat ini, bagi orang-orang yang berpenghasilan rendah, makanan mungkin tersedia tetapi pilihan yang paling mudah diakses dan terjangkau adalah padat kalori dan diproses. Ini membuat tubuh kurus naik kelas. “Kurus sekarang dianggap kelas atas,” kata Himmelstein, menandakan bahwa orang memiliki banyak waktu luang untuk memikirkan apa yang akan dimakan, menyiapkan makanan dan olahraga, dan cukup dana untuk membeli makanan segar, utuh, dan tidak diproses.
Efek dari fatphobia adalah konstan bagi orang-orang di tubuh yang lebih besar. “Ini lebih intens terhadap wanita,” kata Tovar. Seperti segala bentuk kefanatikan, rasisme dan homophobia, fatphobia tidak baik untuk siapa pun.
Meski dituduh fatphobia, Taylor Swift mendapatkan banyak dukungan dari penggemarnya. Banyak yang mengatakan dia hanya mengekspresikan pengalamannya sendiri dengan perjuangan citra tubuh. Pemenang Grammy 11 kali itu cukup terbuka tentang perjuangannya dengan citra tubuh dan gangguan makan. Dokumenter Swift di Netflix, Miss Americana, menampilkan montase komentar menghina tentang penampilannya, menyoroti pengawasan ketat yang dia hadapi.
GOOD HOUSEKEEPING | BBC
Baca juga: Taylor Swift Ungkap Perjuangannya dengan Gangguan Makan di Video Musik Anti-Hero
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.