TEMPO.CO, Jakarta - Banyak makanan Nusantara yang menggunakan santan, seperti gulai, sayur lodeh, rendang, opor ayam, dan soto. Santan membuat masakan bertambah gurih dan lezat.
Santan dibuat dari parutan kelapa dan air. Tapi saat ini sudah tersedia bentuk kemasan cair atau bubuk yang lebih praktis. Meski begitu, memasak makanan dengan santan tetaplah menantang. Masalah yang paling sering dihadapi adalah santan menjadi pecah karena kandungan lemak dan santan terpisah saat dipanaskan. Jika itu terjadi, rasa santan yang seharusnya gurih bisa berubah menjadi hambar.
Food Content Creator dan Founder Natural Cooking Club Fatmah Bahalwan membagikan tips agar santan tidak pecah saat dimasak. Menurut Fatmah, kesalahan umum yang biasanya dilakukan adalah memasukkan santan di waktu yang tidak tepat.
Ilustrasi santan kelapa. shutterstock.com
"Misalnya masak lodeh. Pastikan untuk masukkan santannya ketika airnya sudah mendidih. Jadi lodehnya kasih air dulu, masukkan bumbunya dulu, sayurannya dulu, lalu biarkan mendidih," kata Fatmah saat bertemu media di Jakarta, Jumat, 2 September 2022.
"Setelah mendidih, santannya dimasukkan terakhir, lalu aduk rata. Biarkan mendidih sekali lagi, insya Allah santannya enggak akan pecah," lanjutnya.
Selain itu, Fatmah juga mengingatkan untuk memasukkan santan sesuai dengan banyaknya masakan. Jika hanya satu panci yang kuahnya satu liter, maka gunakanlah santan kemasan ukuran 65 mililiter.
"Tapi kalau untuk masak dalam jumlah yang banyak, misalnya nasi uduk untuk 100 orang. Berarti, kan harus masak kira-kira 10 kilogram beras. Berarti perlu santan yang ukuran kemasannya lebih besar," kata Fatmah.
"Supaya enggak pecah ya sama. Masak dulu air yang untuk bikin aronnya, lalu masukkan santannya, aduk, baru beras masuk," kata dia.
ANTARA
Baca juga: Hindari 7 Kesalahan Ini ketika Memasak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.