TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua selalu menginginkan yanng terbaik untuk anak-anaknya. Tapi untuk mencapai itu, orang tua sering kali bersikap terlalu keras mendisiplinkan anak atau sering disebut dengan strict parents.
Dalam psikologi, strict parents artinya orang tua yang menempatkan standar dan tuntutan tinggi pada anak-anak mereka. Masalahnya, kadang-kadang orang tua menuntut banyak tetapi tidak memberikan dukungan yang hangat dan responsif kepada anak-anak mereka.
Elizabeth J. Short, direktur asosiasi Schubert Center di Case Western Reserve University, mengatakan, menjadi orang tua yang terlalu keras berisiko karena dapat merusak pembelajaran anak untuk melakukan hal yang benar. "Mereka sangat ingin menyenangkan dan khawatir tentang persetujuan orang tua sehingga mereka akan menjadi anak-anak yang cemas dan ragu-ragu. Atau kadang-kadang, mereka tahu tidak mungkin mereka dapat mencapai standar yang ditetapkan sehingga mereka tidak melakukannya, bahkan tidak mencoba," kata dia.
Berikut beberapa tanda strict parents yang perlu diketahui.
1. Sering menerapkan aturan baru
Membuat aturan dan batasan dalam hubungan orangtua-anak sangat penting, tapi orang tua juga perlu tahu kapan harus berhenti. Mengomel, memperkenalkan aturan baru hanya untuk menyelesaikan sesuatu, tanpa berpikir dua kali, hanya akan membuat orang tua terlihat tegas. Meskipun anak Anda mungkin mendapat manfaat dari beberapa rutinitas, mereka harus memiliki kebebasan untuk membuat keputusan tertentu dalam hidup mereka.
2. Jarang meminta pendapat anak
Anak-anak mungkin tampak polos, tetapi terkadang mereka memiliki saran terbaik. Melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan menjadikan saran itu sebagai bagian dari pilihan akan membuat mereka merasa lebih diterima. Namun, jika tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk memeberikan pendapat dalam masalah mereka sendiri, mereka mungkin kurang percaya diri. Pengasuhan otoriter semacam itu dapat menciptakan konflik dalam hubungan dengan anak.
3. Fokus pada kesuksesan daripada usaha
Tidak apa-apa mengharapkan anak unggul dalam segala hal, penting juga untuk memuji mereka ketika mereka gagal. Orang tua sebaiknya menghargai mereka dan mengakui upaya mereka.
4. Sering memergoki anak bohong
Orang tua yang tegas sering memergoki anaknya berbohong. Ini bukan berarti bahwa anak terlahir sebagai pembohong, melainkan mereka merasa lebih nyaman berbohong daripada mengatakan yang sebenarnya. Mungkin karena mereka takut atau mereka tidak siap mengambil risiko dihukum jika mengatakan yang sebenarnya.
5. Sering mengancam
Pernahkah mencoba berkomunikasi dengan anak ketika mereka menunjukkan perilaku buruk? Strict parents cenderung menggunakan ancaman dan hukuman untuk menertibkan anak. Mereka akan menciptakan situasi di mana anak tidak punya pilihan selain mematuhi aturan. Meskipun hal ini dapat menyelesaikan masalah, itu berdampak dalam pada perkembangan mental anak. Karena itu, orang tua harus menciptakan percakapan yang sehat dan mencoba memahami sumber perilaku dan temperamen anak.
6. Mengabaikan emosi anak
Strict parents sering mengabaikan emosi anak. Anak-anak mengalami kesulitan mengungkapkan kekhawatiran mereka. Mereka memperlihatkan beberapa petunjuk tetapi tidak mengungkapkan kata-kata. Itulah sebabnya orang tua harus memahami anak, bahkan ketika mereka tidak mengucapkan apa pun. Jangan abaikan permintaan anak dan jangan pernah berharap mereka bisa menanganinya sendiri. Bantu mereka berkomunikasi dengan lebih baik.
PARENTING FOR BRAIN | TIMES OF INDIA
Baca juga: 7 Strategi Pengasuhan yang Bisa Menjadi Toxic bagi Anak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.