TEMPO.CO, Jakarta - Alzheimer adalah gangguan neurologis yang secara perlahan merusak memori dan kemampuan berpikir otak. Sebagian besar, penyakit ini mulai menunjukkan gejalanya ketika seseorang berusia pertengahan 60-an. Ini juga merupakan penyebab paling umum dari demensia pada orang dewasa yang lebih tua.
Penyakit ini dinamai dari Dr. Alois Alzheimer yang melihat perubahan pada jaringan otak seorang wanita yang telah meninggal karena penyakit mental yang tidak biasa. Dia mengalami kehilangan ingatan, masalah bahasa, dan perilaku yang tidak terduga. Setelah kematiannya, Dr. Alzheimer memeriksa otaknya dan menemukan banyak gumpalan abnormal dan ikatan serat yang kusut. Tanda-tanda ini masih dianggap sebagai beberapa ciri utama dari gangguan otak tersebut.
Sebuah survei baru-baru ini dari Women’s Alzheimer’s Movement di Klinik Cleveland menemukan bahwa sekitar 82 persen wanita tidak menyadari peningkatan risiko penyakit Alzheimer. Hampir tiga perempat dari wanita yang disurvei tidak membicarakan atau berkonsultasi dengan dokter mereka mengenai kesehatan otak mereka.
Menurut Alzheimer's Association, perkiraan risiko seumur hidup seorang wanita terkena Alzheimer pada usia 65 adalah 1 dari 5. Di Amerika Serikat, ada lebih dari 6 juta orang berusia 65 dan lebih tua dengan Alzheimer, dan hampir 4 juta di antaranya adalah wanita. Lebih lanjut, wanita di usia 60-an sekitar dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan Alzheimer selama sisa hidup mereka dibandingkan dengan risiko terkena kanker payudara, yang tinggi dalam dirinya sendiri.
Sebuah studi baru-baru ini telah mencoba untuk mencari tahu mengapa wanita memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer daripada pria. Ada sejumlah alasan biologis dan sosial potensial yang dapat menjadi penyebab mengapa lebih banyak wanita menderita penyakit Alzheimer daripada pria. Para peneliti di University of Chicago dan Boston University School of Medicine telah menemukan gen baru yang disebut MGMT, O6-Methylguanine-DNA-methyltransferase, yang bisa menjadi alasan di balik peningkatan risiko pada wanita.
“Ini adalah salah satu dari sedikit dan mungkin asosiasi terkuat dari faktor risiko genetik untuk Alzheimer yang khusus untuk wanita. Temuan ini sangat kuat karena ditemukan secara independen pada dua populasi berbeda menggunakan pendekatan berbeda," ujar Lindsay Farrer, kepala genetika biomedis di BUSM dan penulis senior studi tersebut, seperti dilansir dari laman Times of India.
Terlepas dari ini, pandangan lain menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita mungkin disebabkan oleh fakta bahwa wanita hidup lebih lama daripada rata-rata pria, dan usia yang lebih tua merupakan faktor risiko besar untuk penyakit Alzheimer.
Meskipun beberapa faktor risiko seperti usia atau gen tidak dapat diubah, faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi dan kurang olahraga biasanya dapat diubah dengan mengikuti perubahan gaya hidup sehat yang tepat. Salah satunya adalah dengan menanamkan latihan fisik dalam rutinitas harian Anda. Olahraga dapat membantu sel-sel otak dengan meningkatkan aliran darah dan oksigen di otak Anda.
Ada bukti bahwa makan makanan yang baik untuk jantung juga dapat membantu melindungi otak. Ini termasuk membatasi asupan gula dan lemak jenuh. Anda harus makan banyak buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dalam diet harian Anda. Beberapa makanan bermanfaat ini juga termasuk produk susu rendah lemak, ikan, unggas, kacang-kacangan, biji-bijian, kacang-kacangan dan minyak sayur. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa memiliki hubungan sosial yang kuat seiring bertambahnya usia juga dapat membantu menurunkan risiko Alzheimer dan penurunan kognitif. Ini bisa jadi karena mekanisme langsung melalui rangsangan sosial yang memperkuat hubungan antara sel-sel saraf di otak.
TIMES OF INDIA
Baca juga: Penelitian Ungkap Kaitan Infeksi Gusi dan Alzheimer
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.